Agen Poker Indonesia
  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

cerita sex - ku pecahkan perawan pacarku pas tahun baru


Agen Poker Terpercaya - Malam ini sungguh akan menjadi malam yg tdk terlupakan semumur hidupku, bagaimana tdk, gadis pujaan yg selama ini kucintai ternyata memutuskan utk pisah setelah 2 bulan berpacaran. Yah.. memang salahku jg, karena aku sering berusaha membuatnya melakukan hal yg aneh-aneh, misalnya menyuruhnya memakai pakaian sexy waktu jalan jalan, melakukan hubungan sex yg kasar, dan kadang memaksa melepaskan cd sewaktu diluar, dan dia sangat tdk terbiasa dgn semua itu. Dia bukan tipe wanita seperti itu, dan memutuskan utk berpisah utk selamanya

Malam jam 10, aku dgn pikiran kesal, sedih dan galau menyetir mobilku dgn kecepatan sedang balik ke rumahku. Tp rasanya sedang tdk ingin pulang kerumah dulu, jadi aku memutuskan utk menyetir tanpa arah, kemana saja, dgn suara tape mobil yg berdentum keras, kecepatan mobil tanpa terasa bertambah kencang. 15 menit dlm lamunan bayangan wajah mantan pacar, tak terasa aku masuk ke jalan tol. Suara dentuman bas merubah moodku menjadi bersemangat kembali, toh masih banyak wanita lain yg bisa kudapat, utk apa bersedih.

Dan tak terasa, kecepatan mobil sdh di 120km/jam. Jalan lurus dan lampu tol yg tdk hidup semua, membuat sebagian jalan tol agak gelap. Sambil bernyanyi mengikuti irama musik, pedal gas semakin dlm kuinjak. Sekarang kecepatan mobil sdh masuk ke 140 km/jam, dan saat itulah, sebuah kilatan cahaya meyambar jalan didepan mobilku, cahaya berwarna biru muda, dgn kecepatan itu, aku mengerem tiba tiba, dan anehnya, mobilku tetap melaju, cahaya biru itu menyelimuti seluruh mobil dan tubuhku berubah bercahaya terang, terasa dingin yg menusuk tulang, kepalaku menjadi pusing dan semuanya berubah gelapa�� mungkin inilah akhir hidupku, walau pun aku tdk menyadari kalau ini adalah malam yg benar benar tdk akan kulupakan seumur hidup.

Mataku terbuka, pertama-tama yg kurasakan adalah rasa sakit diseluruh tubuhku, rasanya badanku remuk semua, dan memang, 5 bagian tubuhku patah tulang, kaki kanan, lengan atas kiri, 3 tulang rusuk. Beruntung aku masih hidup setelah ditolong masyarakat yg tinggal di sekitar tol, mereka mendengar suara mobilku menabrak besi pembatas jalan. Mataku terasa berat, bibirku terasa kering, dan pusing dikepala akibat terbentur membuatku pingsan kembali.

Mataku kembali terbuka, kali ini rasa sakit terasa agak berkurang, walau kepala masih terasa pusing, tp aku merasa aku akan hidup. Setelah beberapa saat, baru aku menyadari, seorang perawat sedang membersihkan badanku. Aku masih terlalu lemah utk menyapanya. Aku pasrah membiarkannya membersihkan badanku. Seminggu berlalu, aku mulai merasa bersemangat kembali, bahkan aku sdh mulai mengetahui sedikit cerita tentang kecelakaanku melalui suster yg tiap hari merawatku. Laras, itulah nama suster yg sdh sebulan merawatku, ya, sdh sebulan aku terbaring dikamar rumah sakit ini.

Bandar Ceme - Lewat Laras aku mengetahui bagaimana mobilku hancur dan siapa yg membawaku ke rumah sakit ini, dlm hati aku berjanji akan mengunjungi bapak yg sdh membawaku kesini utk berterimakasih. Bahkan suster Laras sengaja menyimpan koran yg memberitakan tentang kecelakaanku, sebuah gambar mobil yg hancur remuk membuatku ngeri, bagaimana mungkin aku masih bisa hidup. Aku teringat cahaya biru itu, tp aku tdk membaca ada saksi yg menyatakan ada cahaya biru yg kulihat dan kurasakan, jadi aku memutuskan itu hanya khayalanku saja, orang yg akan mati bisa saja berpikiran yg aneh-aneh, itulah yg kupercayai dan itu yg paling masuk akal.

Siang hari, suster Laras datang membawa bekal makanan. Hari ini menurut dokter, aku sdh harus melepas infus dan mulai memakan makanan sendiri. Suster Laras mulai menyuapiku, aku makan dgn semangat, dan berharap bisa cepat berjalan kembali.

Namaku Hendri, umur 28, pekerjaanku sederhana, agen apa saja, dan aku mengenal sangat banyak relasi, dan aku mempunyai banyak teman. Aku menjual apa saja yg bisa dijual, dan membeli apa saja yg menguntungkan, mau yg halal maupun haram, semua yg bisa menjadi uang pasti kulayani. Perawakanku biasa saja, tdk terlalu tinggi, tdk terlalu tampan, badanku fit karena waktu kerjaku tdk terikat, aku kadang menemui teman atau relasi sambil fitness atau tenis atau futsal, tergantung ajakan teman. Dan ekonomi ku yg lumayan membuatku tdk banyak pikiran. Aku enjoy saja dgn kehidupanku. Dan tdk ada keluargaku yg tinggal dekat dgnku, dikota ini aku hidup sendiri. Itulah sedikit tentang diriku, tdk banyak yg bisa kuceritakan.

Sebulan kembali berlalu, aku sdh merasa sehat, hanya jalanku harus dibantu tongkat penygga. Aku diharuskan berjalan mengelilingi taman rumah sakit atas perintah dokter, supaya otot-ototku bisa terlatih. Seminggu kemudian, dokter menyatakan aku sdh boleh pulang kerumah, waktu yg kutunggu tunggu, Laras membantuku membeli satu setel baju, karena selama ini aku memakai baju rumah sakit, dan karena ponselku hilang entah kemana, tdk ada orang yg bisa menghubungiku, dan aku jg tdk mau merepotkan mereka. Jg ada Laras yg membantuku setiap hari.

Setelah sekian lama, ini adalah pertama kalinya aku menggunakan telepon, aku harus meminta tolong abangku yg tinggal dikota lain utk membereskan administrasi rumah sakit. Tentu abangku sangat terkejut karena tagihan RS nya lumayan besar, aku mengatakan akan menceritakan semua setelah sampai dirumah, tentu tdk lucu bercerita dgn telepon rumah sakit. Orang kedua yg kutelepon adalah teman baikku yg paling dekat, Dika. Tdk sampai 15 menit, Dika muncul di lobby rumah sakit. Setelah berpamitan dgn Laras, aku keluar dari rumah sakit dgn mobil Dika.

Agen Poker - Sampai dirumah, aku bingung, kunciku tdk ada, terpaksa kami mencari tukang kunci, utk membuka pintu rumahku sendiri. Aku memang ditolong warga, tp barang berhargaku jg ikut a�?ditolonga�? masuk ke inventory mereka. Tp aku tetap bersyukur masih hidup. Hanya perlu 50 menit bagi tukang kunci utk membuka 2 kunci pintu rumahku dan mengganti dgn kunci baru. Setelah membayar jasanya, kamipun masuk ke rumah. Sungguh ada perasaan yg nyaman masuk kembali ke rumah sendiri. Hal pertama yg kulakukan adalah merasakan nyamannya kasur empukku. Sungguh nyaman rasanya. Dika sedari tadi memberondongiku dgn segala macam pertanyaan, kujawab satu persatu sebisaku. Dan bagian cahaya biru itu tetap kulewati, karena tdk mau dicap berhalusinasi.

Setelah merasa diriku sdh bisa ditinggal, Dika pun pamit pulang utk melanjutkan aktifitasnya. Setelah berbaring sejenak, aku masuk ke kamar mandi dan menghidupkan shower, air hangat membuat badanku terasa ringan. Beberapa menit kubiarkan pundakku disiram air hangat. Pikiranku kembali teringat pada Laras dan k0ntolku terlihat menegang. Sesuatu yg agak aneh karena tdk biasanya aku bisa terangsang hanya membayangkan wajah wanita. Mungkin karena sdh terlalu lama tdk bercinta, pikirku.

Waktu menunjukkan jam 1 siang. Masih sempat ke bank utk mengurus atm dan kartu kreditku, pikirku. Setelah menelepon taksi, aku berjalan ke halaman rumah menunggu taksi yg kupesan. Tdk sampai 5 menit, taksi datang membawaku pergi ke bank. Setelah menyelesaikan segala administrasi, dan beruntung aku adalah nasabah yg sdh dikenal, tanpa kartu pengenal aku dibuatkan ATM baru, hanya bermodal buku tabungan.

Setelah menarik uang cash seperlunya, aku kembali menyetop taksi dan mengunjungi toko teman yg menjual ponsel, dan tempat terakhir yg kukunjungi adalah showroom mobil yg jg masih relasi kerjaku. Karena hubungan kerja dan jg aku pernah menolongnya keluar dari masalah keuangan, sebuah sedan baru yg kebetulan ready langsung kuambil, setelah membayar sejumlah uang muka.

Aku merasa kembali ke kehidupan normalku. Hal pertama yg terpikir adalah kembali kerumah sakit utk mengunjungi Laras. Sebelumnya tdk lupa aku membeli satu setel baju yg kurasa sangat pas kalau di pakai Laras, sebuah baju terusan warna biru muda. Dan tdk lupa setangkai bunga, sebagai ucapan terima kasihku karena sdh sebulan lebih merawatku. Setelah sampai di rumah sakit, aku naik kelantai 4 tempat aku dirawat, dan berharap bisa menemui Laras. Aku duduk di kursi tunggu di koridor rumah sakit. Setelah menunggu hampir 1 jam, akhirnya Laras melangkah keluar dari ruang pasien.

Dgn senyum yg selalu menghiasi wajahnya, terlihat Laras memang sangat mengabdi pada pekerjaannya. Laras tdk memperhatikanku, atau mungkin tdk terlintas pikiran bahwa pasien akan mencarinya, karena selama ini dia merasa hanya melaksanakan tugasnya sebagai perawat. Aku bangkit dari kursi dan buru-buru mengikutinya dan sambil menepuk pundaknya.

a�?Larasa�? panggilku. Laras menoleh kebelakang.
a�?Ada masalah apa?a�? Laras bertanya dgn wajah cemas, dikira ada yg tdk beres lagi dgn diriku.
a�?Tdk, aku cuma datang mengantar inia�? jawabku, sambil menyodorkan setangkai bunga biru, aku tdk tau apa nama bunganya, tp ntah kenapa aku menjadi suka dgn biru.

a�?Wah.. terima kasih. Cantik sekali bunganyaa�? jawab Laras.
a�?Dan jg ini.a�? aku menyerahkan sebuat tas yg berisi pakaian tadi.
a�?Apa ini?a�? tanyanya, agak ragu mau menerima.
a�?Aku kan berutang baju padamu, jadi sekarang lunas ya?a�? jawabku sambil sedikit memaksa Laras utk menerima.
a�?Yah, sdh deh kalau emang begitu, tp aku masih ada dijam kerja, jadi tdk bisa lama mengobrola�? balas Laras.
a�?Aku mengerti, boleh kujemput nanti pulang kerja, sekedar makan malam utk membalas jasamu selama ini?a�?
NONTON JUGA NIH BOKEP JAV >> ANDROMOVIE.COM
a�?Tdk perlu, itu memang udah pekerjaankua�? jawab Laras sambil tersenyum.
a�?Ayolah, aku memaksa nih.a�? rayuku lagi.
a�?Sdhlah, jam 7 aku selesai tugas.a�? jawab Laras, mungkin karena tdk mau dimarahi supervisor, supaya aku cepat melepaskannya, lagian dlm sebulan ini Laras sdh merasa dekat dgn ku, jadi tdk salah kalau makan malam berdua sebagai teman.

a�?Sip. terima kasih. Aku tunggu di lobby yaa�? jawabku dgn senyum lebar.

Laras berjalan menjauhiku sambil mengangguk kecil. Jam 7, berarti masih 2 jam.

a�?Laras!a�? aku teringat ada yg terlupa.
a�?Ya?a�? jawabnya sambil menoleh ke arahku.
a�?Boleh minta koran yg mengenai kecelakaanku? Maaf merepotkan terus.a�? tanyaku.

Aku mengikutinya sampai pintu ruang khusus perawat, beberapa saat kemudian, dia keluar dgn sebuah suratkabar, dan bunga dan tas sdh disimpan di ruang tersebut. Setelah berterima kasih aku meninggalkannya utk melanjutkan tugasnya. Tempat kecelakaanku tdk terlalu jauh dari rumah sakit, aku berpikir, sempatlah 2 jam utk melihat kesana dan kembali utk menjemput Laras. 20 menit kemudian, sampailah aku di lokasi, setelah bertanya sana sini, akhirnya aku mendapat alamat Pak Gunawan yg membawaku ke rumah sakit.

Sampai di alamat tersebut, terlihat sebuah rumah sederhana, dgn beberapa ekor ayam mencari cacing di tanah di halaman rumahnya. Sebuah rumah kecil, tp terlihat rapi, walau batu bata nya tdk diplester, tp terlihat nyaman.

Setelah mengetok pintu, seorang bapak, atau lebih cocok disebut kakek, kuperkirakan berumur 60an, membuka pintu.

a�?Pak Gunawan?a�? tanyaku.
a�?Iya, adek sapa?a�? tanyanya kembali.
a�?Saya Hendri,Pak.

Pak Gunawan ingat waktu itu ada kecelakaan di depan rumah bapak?a�? tanyaku. Pak Gunawan ingat saat kecelakaan itu, dan tdk menygka aku bakal mencarinya. Pak Gunawan mempersilahkanku masuk kedalam. Tdk banyak yg terdapat didalam rumah mungil itu, dan kita duduk di tikar, ada sebuah tv kecil di ruangan itu. Satu satunya hiburan yg kulihat di rumah itu. Ada 2 kamar yg pintunya hanya ditutupi kain. Sebuah kamar mandi di ujung ruangan. Kecil, sederhana tp tertata rapi. Sirkulasi udara yg baik membuat rumah itu terasa adem.

Setelah bercerita hampir satu jam, aku pamit pulang, dan berjanji akan datang mengunjungi pak Gunawan kembali. Setelah bersalaman, aku kembali ke rumah sakit. Jam sdh menunjukkan 18.30, sambil menyetir, aku berpikir mau makan malam dimana dlm perjalanan ke RS, aku kembali mengingat waktu Laras merawatku dgn telaten. Tanpa terasa k0ntolku mulai berdiri.

a�?Ah. tdk boleh berpikiran begitu.a�? batinku sambil memukul kepalaku utk menyadarkan diriku sendiri.

Ada yg lain dlm diriku. Dan dlm lamunan, tdk terasa aku sdh sampai ditujuan.

a�?Larasa�? aku memanggilnya dari dlm mobil. Rupanya Laras sdh selesai dan menungguku di depan pintu rumah sakit.
a�?Haia�? Laras menjawab.

Aku mengisyaratkan supaya Laras masuk kemobil. Laras pun menurut saja. Yg membuatku senang adalah, pakaian yg kubeli tadi sdh melekat pas dibadan Laras, tdk salah aku memilih baju ini, Laras terlihat sangat feminim dgn baju dan warna biru. Laras berumur 23, sdh menjadi perawat 2 tahun sejak tamat dari akademi perawat. Wajahnya biasa saja, terlihat wajah yg agak polos, badan jg tdk terlalu tinggi, 160 mungkin, tp yg tdk kuperhatikan selama ini adalah ternyata buah dadanya lumayan besar, mungkin karena seragam suster yg dipakai menutupinya selama ini.

Baju biru yg kubeli ini tdk seksi, tp layaknya sebuah baju terusan, bagian dada lebih terlihat membusung, dan kaki yg selama ini terbungkus celana panjang terlihat indah, karena baju terusan itu hanya sebatas lutut. Kulit putihnya lebih terlihat, sungguh beda penampilan sebagai seorang suster dan yg sekarang. Tiba tiba k0ntolku terasa sesak. Aku merasa bersalah karena ulah k0ntolku.

a�?Cocok gak?a�? tanya Laras membuka pembicaraan.
a�?Cantik banget. Siapa dulu yg milih.a�? balasku sambil tertawa.

Cerita Dewasa : Sambil mengobrol, aku menuju ke sebuah restoran yg tdk terlalu jauh dari rumah sakit. Sebuah restoran yg nyaman, dgn lampu remang, membuat suasana makin romantis. Waiter langsung menghampiri, dan setelah mengatakan namaku, langsung diantar ke tempat duduk di sudut ruang. Memang aku sdh memesan tempat tadi sebelum menuju kesini. Waktu yg cocok utk mengetahui lebih dlm tentang diri Laras. Aku sangat menikmati malam ini, setelah menikmati makanan, aku mengantar Laras pulang.

Sewaktu Laras turun dari mobil, roknya terangkat agak keatas, sehingga pahanya terlihat lebih banyak dari sebelumnya, k0ntolku langung mengeras. Aku heran, kenapa aku mudah terangsang, memang sejak keluar dari rumah sakit aku belum pernah bercinta, tp, sepertinya ada yg aneh dlm diriku. Ingin rasanya aku memeluk dan mencium Laras saat ini jg, tp aku tdk mungkin melakukan hal seperti itu pada Laras. Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih padaku,

Laras berjalan ke arah rumahnya. Aku menunggunya sampai dia sampai di pintu, setelah mengetuk pintu beberapa saat kemudian, ibuya membukakan pintu. Laras memang masih tinggal bersama keluarganya. Aku memutuskan utk kembali pulang kerumah, capek seharian mengunjungi berbagai tempat. Sampai dirumah, aku mandi dan berbaring di kasur. Rasanya moodku sangat bagus saat ini. Kembali bayangan Laras memenuhi otakku, k0ntolku pun segera naik, tak tahan tanganku turun utk meraba k0ntolku yg sdh mengeras, sambil mengocok pelan, aku membayangkan meremas dan mencium bibir Laras, pikiranku terus menerus terfokus pada wajah Laras, tiba tiba tanganku yg sedang mengocok k0ntol hanya menggenggam udara, K0NTOL KU HILANG!!!

Aku tekejut setengah mati, dan yg lebih menakutkan lagi, sepasang buah dada muncul di dadaku. tanganku menjadi tangan wanita. Astaga, apa yg terjadi padaku, aku meraba wajahku sendiri, rasanya lain, terasa halus. Aku buru buru mencari cermin, dan setelah bercermin, aku tdk melihat bayangan diriku, aku melihat Laras! Dgn buah dada yg menggantung indah, dan hanya memakai celana pendekku. Aku masih tdk percaya dgn apa yg kulihat.

Jantungku berdetak kencang, bukan karena bisa melihat tubuh Laras yg setengah telanjang, tp mengapa ini bisa terjadi? Aku menarik nafas dlm, pikiranku buntu, aku tdk tau apa yg harus kulakukan saat ini. Aku masih berusaha utk mencerna semua kejadian ini. Apakah Laras masih ada? atau dia berubah menjadi aku saat ini. Utk memastikan, aku berusaha utk menelepon Laras, sesaat kemudian, Laras mengangkat telepon.

a�?Halo?a�? jawab Laras.
a�?Laras, ini aku, kamu baik baik saja?a�? tanyaku. Lupa kalau aku sekarang jg bersuara seperti Laras.
a�?Ya aku baik baik saja, tp ini siapa?a�? tanyanya kembali.
a�?Oh sdhlah, tdk apa apa.a�? Aku memutuskan telepon. Sadar bahwa Laras tdk mengenalinya. Sedikit lega kalau Laras tdk apa apa.

Sekarang aku kembali ke masalahku, berarti aku yg berubah menjadi Laras. Terus, sampai kapan? Aku mulai panik, aku menyukai diriku yg dulu, lagian, bagaimana aku bisa keluar rumah menjadi Laras? Aku berjalan tanpa arah mengelilingi rumah, berharap bisa mendapat penjelasan yg masuk akal, tp aku yakin tdk ada yg masuk akal. Aku kembali ke kamar, duduk di tepi ranjang. Tanganku memegang kepala, tp saat ini rambutku terasa lembut dan panjang, aku makin stress. Haruskah aku jadi wanita selamanya? apakah ini kutukan karena aku sering memperlakukan wanita seenaknya? Aku mulai berbaring, tp tdk mungkin bisa tidur. Aku berusaha menutup mata, berusaha memikirkan jalan keluar.

Semakin dipikir aku semakin putus asa, aku kembali membayangkan wajahku yg dulu, setelah beberapa saat, tiba tiba kurasakan ada yg berubah, aku meraba dadaku, buah dadaku hilang, aku langsung mencari k0ntol kesayanganku, sdh kembali. Rasa lega luar biasa kurasakan saat ini. Aku cepat cepat bercermin, ya, aku sdh kembali.

Dgn perasaan lega, aku kembali berbaring, mencerna semua yg telah terjadi. Aku memikirkan kembali awal kejadiannya, tadi aku sedang berbaring memainkan k0ntolku dan membayangkan wajah Laras, haruskah kucoba lagi? bisakah aku kembali menjadi diriku? Rasa penasaran tp ragu, akhirnya aku memutuskan utk mencoba lagi, lagian, sdh terbukti aku bisa kembali menjadi diriku lagi. Aku tdk tau caranya, tp aku mencoba melakukan seperti tadi, aku membayangkan wajah Laras, pikiranku menvisualisasikan aku menjadi Laras, utk memastikan prosesnya sama, aku jg meraba k0ntolku, bedanya k0ntolku sekarang mengkerut kecil, ikut stress bakal hilang lagi.

Dan setelah beberapa saat, benar saja, tanganku kehilangan k0ntolku, aku mencoba meraba bagian selangkanganku, ada celah disitu, aku mencoba dadaku, buah dada muncul kembali didadaku. aku cepat cepat mencari cermin, dan kembali melihat Laras di pantulan cermin. Aku kembali mencoba fokus pada wajahku, perlahan, bayangan cermin memperlihatkan transformasi diriku menjadi aku kembali. Sekali lagi aku membayangkan wajah Laras, dan benar saja, aku kembali menjadi Laras, lalu mencoba kembali menjadi diriku. Dlm setiap percobaan, proses perubahan menjadi semakin cepat, rasanya aku sdh bisa mengatur kekuatan baruku ini. Aku ingin mengetahui seberapa cepat aku bisa berubah, hanya 2 detik, aku sdh berubah sempurna menjadi orang lain.

Aku menjadi gembira mendapat kekuatan ini, tiba tiba aku kembali teringat pada cahaya biru sewaktu kecelakaan. Yah, itu satu satunya yg masuk akal. Kembali aku berpikir, apakah aku bisa berubah menjadi orang lain selain Laras? Aku berusaha menentukan pikiran, harus orang yg baik, aku tdk mau nanti tdk bisa kembali dan harus menjadi orang yg kubayangkan itu selamanya. Aku teringat Dika, aku mencoba membayangkan wajah Dika, dan benar saja, aku melihat Dika di cermin.

Lalu aku membayangkan wajah abangku, dan aku berubah menjadi dia, dan aku jg belajar kalau aku tdk perlu berubah menjadi diriku dulu sebelum berubah menjadi orang lain. Aku mencoba terus
beberapa orang yg kuingat, dan aku berubah terus, akhirnya aku berubah menjadi aku, dan saat itu jam sdh menunjukkan jam 3 pagi. Aku berbaring di ranjang, mataku kututup. Aku tdk mampu membayangkan apa saja yg bisa kulakukan dgn kekuatan ini. Akhirnya aku tertidur.

Pagi jam 10, aku terbangun oleh dering ponsel. Dgn malas kuangkat, ternyata Dika menanyakan kabarku. Setelah memastikan aku baik saja, Dika memutuskan panggilan. Aku bangun, dan langsung terpikir kejadian semalam, apakah hanya mimpi, halusinasi, ternyata kekuatan itu masih ada. Aku segera mandi, tdk sabar utk melihat keluar utk melihat apa yg bisa kulakukan dgn kekuatan ini.

Segera aku mandi, sambil mandi, aku iseng berubah menjadi Laras, sambil membersihkan buahdada, aku terangsang, segera kucari lubang diselangkanganku, sentuhan diklitoris seakan menyengat diriku, ternyata seperti itu kalau klitoris di sentuh, rabaan iseng sekarang menjadi tak terkendali, gairahku meningkat, aku tdk sanggup utk melepaskan jariku dari memekku yg baru. sambil disiram air shower yg hangat, jariku mulai mengocok lubang memek, tarasa agak sakit rupanya Laras masih perawan. Aku kembali menggosok klitorisku, dan orgasme panjang memuaskan nafsuku. Setelah selesai, aku segera bersiap siap utk keluar.

Sampai dikantor Dika, aku langsung masuk keruangannya, Dika adalah manager di sebuah perusahaan kontraktor. Dika seumuran dgnku, 29, tinggi badannya yg agak mencolok, 180, dan sedikit janggut, tp mukanya terkesan friendly. Memang Dika mudah beradaptasi dgn orang lain, itulah sebabnya dia bisa menjadi manager, disamping keahliannya memang lumayan. Aku duduk didepan mejanya, hari itu Dika lumayan sibuk, banyak telepon masuk mencarinya. Dewi, sekretarisnya jg terlihat sibuk keluar masuk.

Dgn pakaian kantor, Dewi terlihat sangat cantik dan elegan. Tubuhnya langsing, padat berisi, dan tentunya Dika memilihnya karena buah dadanya yg lumayan besar, sangat menggoda. Walau sdh mempunyai satu anak, badannya masih terawat, rambutnya yg panjang terikat rapi, hak tinggi semakin membuatnya terlihat seksi. Dan memang seperti itulah yg disukai Dika, Dika jg sering membelikan baju, sepatu dan segala yg bisa membuat Dewi terlihat lebih menarik.

Sewaktu Dewi mencari berkas di laci bawah, pantatnya tercetak di rok ketatnya, langsung saja k0ntolku menegang. Bulatan pantat yg indah membuat pikiranku berpikir utk berjalan ke Dewi dan meremas habis pantatnya. Untung saja Dewi segera mendapat berkas yg dicari dan berjalan keluar ruangan, sambil berjalan, aku memperhatikan bibir tipis Dewi, ingin rasanya kucium dan kuremas buah dadanya yg menantang. Terus terang aku merasa aneh dgn diriku, ada yg lain, mudah sekali terangsang. Aku mulai berpikir apakah ada hubungan dgn kekuatan baruku.

Pikiranku masih penuh dgn bayangan aku bercinta dgn Dewi. Apa yg di bicarakan Dika hanya kuiyakan saja. Aku mulai memikirkan ide jahat, berubah menjadi suami Dewi utk menidurinya malam ini. Tp pertama aku harus tau wajah suaminya dulu. Aku iseng membongkar berkas profile karyawan Dika, dia cuek saja, karena sdh biasa aku sesuka hatiku di ruang kerjanya. Aku mencari alamat Dewi. Setelah beberapa berkas, aku menemukan berkas Dewi. Kuingat alamatnya dan aku pun permisi dari tempat Dika, Dika jg acuh saja karena sibuk menerima telepon.

Setelah berputar putar sejenak, akhirnya aku sampai di depan rumah Dewi, aku memikirkan Dewi sedetail detailnya, dan dlm sekejab, aku berubah menjadi Dewi, lengkap dgn pakaian kerjanya. Hemm, terasa seksi sewaktu berjalan ke pintu. Aku mengetuk pintu, berharap ada yg buka, segala macam alasan sdh kusiapkan. Ternyata pembantunya yg membukakan pintu, dgn alasan kunci tertinggal dikantor dan ada berkas penting yg tertinggal di kamar, aku masuk kedalam rumah, pembantunya cuek saja, karena aku kan Dewi pemilik rumah.

Pembantu itu kembali sibuk di dapur memasak utk makan malam. Aku bingung kamar mana yg menjadi kamar tidur Dewi, setelah membuka 2 pintu kamar, akhirnya aku yakin ini ruang tidur Dewi. Aku berusaha mencari foto keluarga, dan tdk susah, foto pernikahan besar tergantung di atas tempat tidur. Aku mencoba menjadi suami Dewi, dan kembali menjadi diriku. Tugas pertama selesai. Iseng aku membongkar lemari pakaian Dewi, lalu rak tempat penyimpanan BH dan CD Dewi, melihatnya dan memegang.

G-String Dewi saja k0ntolku langsung berdiri. Aku tdk sabar menunggu malam ini, saat dimana aku bisa puas meniduri Dewi tanpa diketahui. Setelah puas menciumi CD dan BH Dewi, aku keluar dari kamar, setelah mempelajari sejenak rumahnya, aku pun pamit pada pembantu dan menuju rumah. Sampai dirumah, pikiranku menjadi tak menentu, tdk sabar ingin merasakan tubuh Dewi, bayangan Dewi terus muncul di kepalaku, tanganku kembali mengocok pelan k0ntolku, aku membayangkan Dewi yg sedang mengocok dan mengulum k0ntolku, akhirnya aku tdk tahan, dan muncratlah spermaku, aku tertidur.

Beberapa jam kemudian, aku terbangun, kulihat jam, sdh pukul 18, tak kusangka, bayangan Dewi yg menggoda masih jg ada dipikiranku, k0ntolku masih berdiri tegak, masih belum terpuaskan oleh tanganku tadi. Aku sdh yakin, gairahku ini ada pengaruhnya dgn kekuatan baruku ini. Tdk sabar rasanya menunggu sampai tengah malam, setengah jam sebelum jam 1 malam, aku tiba didepan rumah Dewi, keadaan sdh sepi, aku perlahan masuk kerumah dgn kunci serap yg kutemukan di kamar Dewi tadi siang.

Aku berubah menjadi pembantu Dewi, jadi dgn mudah aku bisa beralasan misalnya nanti terlihat. Perlahan aku masuk kekamar utama, Dewi dan suaminya tampak terlelap, perlahan aku menyemprotkan sejenis obat tidur dsekitar wajah suaminya, setelah penantian 5 menit, berubah dulu menjadi Dewi, mencoba menggoyang tubuh suaminya, kutarik pipinya, tdk ada reaksi, sepertinya obatnya sdh mulai bereaksi. Perlahan kuturunkan suami Dewi, dan kupindahkan kebawah ranjang, lalu aku berubah menjadi suaminya.

Semuanya sdh siap, saatnya aku menikmati tubuh Dewi yg sdh kubayangkan dari tadi. Kutarik selimut yg menutupi tubuhnya, terlihat Dewi memakai baju tidur tipis, tdk ada BH maupun CD. Aku menikmati pemandangan didepanku, Dewi masih terlelap dgn memeluk guling, badannya menghadap kekanan, sehingga memeknya terlihat sedikit. Aku berbaring disampingnya, dgn jari telunjuk, aku mulai menggosok sepanjang memeknya, dgn bantuan sedikit ludah, jariku menjadi licin, dan mulai menusukkan jariku kedalam lubang hangatnya. Masih kering, aku menambah ludahku lagi utk memudahkan gerakan satu jariku di lubangnya.

Rupanya Dewi tdk mudah terbangun, dan menambah gairahku, aku memang suka jahil pada wanita yg sedang tidur. Semakin lama, semakin cepat tusukkan jariku, Dewi sedikit menggeliat, tp posisi tidurnya tdk berubah, aku semakin bersemangat ketika mengetahui kalau memeknya mulai bereaksi dgn gesekan jariku, aroma memek tercium di jariku, aku tdk memerlukan ludah lagi, malahan kini memeknya sdh sangat basah, kini aku mulai bermain dgn klitorisnya, kugosok jariku, membuatnya makin sering menggeliat, sepertinya sebentar lagi Dewi bakal terbangun.

Dgn stabil aku menggosok klitorisnya yg kini sdh terasa membesar, cairan memeknya mulai melelah disekitar pangkal pahanya, mungkin saat ini Dewi sedang mimpi bercinta. Tiba-tiba Dewi bergerak, dan kini posisi tidurnya terlentang, gulingnya sdh tdk dipeluknya lagi, perlahan aku membuang gulingnya kelantai. Buah dadanya kini terlihat menantang dibalik gaun tidur tipisnya, aku mulai meraba dadanya, kuremas pelan susu kirinya, dgn jempol dan telunjuk, kupilin putingnya, perlahan putingnya mengeras.

Aku bangkit, bergeser makin dekat, aku mencoba mencium putingnya, kuhisap pelan, dan akhirnya Dewi tersentak kaget dan terbangun dgn perasaan bergairah, tangannya langsung merangkul aku, tanpa mengetahui kalau aku bukan suaminya. Aku yg sdh tdk tahan, langsung melumat habis bibirnya, lidahku menjilati seluruh rongga mulutnya, perlahan aku turun menciumi lehernya, gairah Dewi sdh memuncak karena sdh ku permainkan klitorisnya dari tadi.

Kedua buah dadanya kuremas dan mulai kujilati putingnya, Dewi mendesah kuat, memeknya sdh tak sabar ingin dimasuki k0ntol, Dewi berusaha menarik badanku utk menindihnya dan memasukkan k0ntolku. Aku tahu maksudnya, dan inilah saat yg kutunggu. berlutut didepan memek Dewi, kakinya kubuka, kini memek Dewi terbuka lebar menantang k0ntolku, dgn wajah memelas, nafasnya membuat buah dadanya naik turun, perlahan kuarahkan k0ntolku masuk kedalam memeknya, terasa hangat sekali, dgn perlahan aku memasukkan k0ntolku kedalam memeknya, senti demi senti, Dewi mengerang menikmati proses masuknya k0ntol ke memeknya yg sdh berdenyut denyut, satu hal yg agak mengecewakan, k0ntol suaminya sangat kecil, sehingga terasa kurang menjepit.

Tp supaya tdk curiga, aku tetap menggenjot memek Dewi, lagian Dewi memang sdh terbiasa dgn k0ntol suaminya. Perlahan aku mulai mempercepat gerakanku, buah dadanya terguncang indah, dgn gerakan stabil, kuremas dan kupilin putingnya, membuat Dewi makin mendesah tak karuan. Dan sampai satu titik, Dewi mengerang panjang, badannya bergetar, kepalanya mendongak kebelakang. Orgasme pertama Dewi membuatku makin bergairah.

Aku mengubah posisi, kini Dewi kubaringkan menyamping, k0ntolku kusodokan tiba tiba membuatnya tersentak dan menjerit, kini aku mulai sedikit kasar, k0ntolku kusodokkan dgn cepat dan kuat ke memeknya, Dewi mengerang kuat tak mampu menahan serangan nikmat di memeknya. Sambil menggesekkan k0ntolku, kuatur tangan Dewi utk meremas buah dadanya sendiri, sehingga menambah indah pemandangan didepanku.

Puas dgn posisi ini, aku mulai mengatur Dewi utk menungging, dan kini Dewi yg sdh kuimpikan sejak pagi akan kunikmati dgn doggy style, posisi yg paling kunikmati, karena wanita terlihat tdk berdaya, pantat terangkat memamerkan kedua lubang, seakan mengundang setiap k0ntol utk masuk kedalamnya. Utk menikmati saat terindah ini, aku tdk sanggup lagi memakai k0ntol kecil suaminya, dlm sedetik aku berubah menjadi diriku, Dewi tdk mungkin curiga akan diriku karena suasana kamar gelap, hanya sedikit cahaya dari lampu jalan yg masuk kekamar ini.

Aku nekad berubah menjadi aku yg asli, dgn k0ntol yg lebih besar dari suaminya, walaupun misalnya Dewi terkejut dan berbalik, aku siap berubah menjadi suaminya kembali dlm sedetik. Dewi menungging menunggu k0ntolku, kini k0ntol yg besar sedang bersiap di bibir memeknya, jantungku makin berdebar, kini aku yg benar benar akan menyetubuhi Dewi, dgn suaminya tepat dibawahnya. Gairahku makin memuncak, rasanya ingin mengoyak-ngoyak memek indah Dewi yg dihiasi bulu kemaluan yg terawat rapi.

Dgn perlahan, k0ntolku mulai menyentuh bibir memek Dewi, Dewi tdk sabar lagi, pantatnya dimundurkan utk bisa cepat merasakan k0ntol membelah memeknya. Kepala k0ntolku mulai masuk, Dewi sedikit kaget, pantatnya dimajukan menjauhi k0ntolku. Utk mengurangi rasa curiganya, aku kembali menjadi suami Dewi, dan aku berbaring dan menarik Dewi utk mengoral k0ntolku sebentar, Dewi mengira aku ingin beristirahat, melahap k0ntolku jilatan lidah dan kuluman mulut Dewi menandakan Dewi sdh biasa mengoral k0ntol, hangat mulutnya membuat diriku melayg.

Setelah merasa Dewi yakin tdk ada yg berubah dari k0ntolku, aku kembali menyuruhnya menungging, dan kembali aku berubah menjadi aku, dan kini k0ntolku ketekan lebih cepat supaya tdk ada penolakan lagi dari Dewi, sejenak kubenamkan k0ntolku supaya Dewi membiasakan diri dgn k0ntolku, Dewi tentu tau kalau k0ntol ini lain dari suaminya, tp dgn birahi yg sedang tinggi, dan rasanya tdk masuk akal, Dewi tdk terlalu ambil pusing. Lagian Dewi baru saja mengoral k0ntol sumainya, dan rasanya biasa saja.

Perlahan aku mulai menggenjot Dewi, kini aku puas, memeknya terasa ketat, seluruh dinding memeknya tergesek oleh k0ntolku, Dewi pun mendesah lain dari yg awal. Memeknya serasa terbelah, setiap centi dinding memeknya mendapat kenikmatan. Semakin lama semakin kupercepat, baru beberapa genjotan, orgasme kedua Dewi menggetarkan seluruh tubuhnya, jeritan panjang tertahan oleh bantal.

Aku membiarkan Dewi menikmati orgasmenya, setelah orgasmenya mereda, aku kembali menghujamkan k0ntolku dgn kecepatan penuh. Desahan panjang memenuhi ruangan, seandainya saja suaminya mengetahui istrinya sedang kusetubuhi, pasti aku akan dibunuhnya. Orgasme demi orgasme datang, Dewi merasa tubuhnya lemas tak berdaya.

Sdh 1 jam aku menyetubuhi Dewi, sebagai penutup, aku menarik kaki Dewi, sehingga kini posisi menelungkup. aku duduk dipahanya, sejenak aku bermainan dgn bongkahan pantatnya, puas menikmati kenyal pantat Dewi, aku menindih tubuh Dewi, sambil menyibak rambutnya kesamping, kuciumi lehernya, Dewi tdk lagi memperdulikan perbedaan, karena tdk menaruh curiga sedikitpun. Dewi menaikkan pantatnya utk merasakan k0ntolku, memeknya masih gatal ingin dimasuki k0ntol baru, walau badannya sdh lelah.

Aku menggapai k0ntolku, dan kuarahkan ke lubang memeknya, sekali hentak, masuklah seluruh k0ntolku, sambil kucium leher Dewi, aku mulai menggerakkan k0ntolku, kembali desahan Dewi terdengar pas di dekat telingaku. Aku mulai mempercepat gesekan k0ntolku, Dewi meraung raung menahan nikmat. Seandainya dia tahu aku yg menyetubuhinya, dia mungkin tdk akan mendesah menikmati a�?pemerkosaana�� ini.

Akhirnya orgasme kembali menyerang tubuh Dewi, orgasme terakhir ini sungguh membuatnya lemas, dan aku pun menyelesaikan persetubuhan ini dgn menyemprotkan spermaku kedalam memeknya. Selesailah sdh, imajinasiku dari tadi pagi. Aku puas. Dewi sdh terbaring lemas, tdk bergerak lagi. Aku mengangkat kembali suaminya ke tempat tidur, Dewi jg masih terlelap. Setelah kurasa semua sdh beres, aku segera keluar dari rumah Dewi dlm wujud suaminya utk menghindari kecurigaan warga sekitar, dan mobilku pun melaju dlm kegelapan malam.

Aku kembali ke rumah, membayangkan kejadian barusan. Dan yg membuatku kaget, aku masih ingin bercinta setelah menikmati tubuh Dewi sejam lebih, sungguh kekuatan baru ini mempunyai efek samping yg buruk. Karena badanku jg letih, aku pun mencoba tidur, walau di otakku masih terbayang pantat Dewi sewaktu menungging. Sambil membayangkan bisa meniduri wanita mana saja yg aku inginkan, terutama istri-istri orang lain, aku pun melamun dan akhirnya tertidur. Esok hari akan menjadi hari yg penuh kejutan.


terima kasih sudah membaca ya guys ikuti terus blog kami guys updater setiap hari ya :*
Share:

Agen Poker Terpercaya- susu perawan ku relakan untuk kakak ipar ku

susu perawan ku relakan untuk kakak ipar ku 

Agen Poker Terpercaya  -Kusandarkan punggungku ke sandaran kursi kerjaku. Kulepaskan kacamataku, kemudian kuusap lensanya dengan kain pembersih lensa. Penat sudah mataku melihat susunan angka-angka yang masih terpampang di layar komputer di atas meja kerjaku.

Jam dua belas kurang sepuluh menit, itu yang ditunjukan oleh jam tanganku. Pantas saja ruangan tempat aku kerja sudah terasa sepi. Ruangan ukuran sekitar seratus meter persegi yang dihuni sebelas pekerja ini tinggal menyisakan tiga orang saja termasuk aku. Lainnya pasti sudah berhamburan untuk makan siang di luar kantor atau menuju tempat ibadah.

BACA JUGA > susu kenyal yang membuat ku sange berat

“Ran, elo makan siang dimana?”, suara Mbak Dewi yang duduk jeda dua meja sebelah kiriku. Mbak Dewi ini usianya lebih tua tiga tahun dariku. Kami seangkatan masuk kerja, dan sama-sama ditempatkan di unit anggaran kantor pusat sebuah BUMN bidang jasa transportasi. “Kayanya makan di rumah nyokap deh Mbak. Sekalian ambil laundry-an juga”, jawabku. “Mbak Dewi sendiri makan siang di mana?”tanyaku. “Ngga tau nih bingung. Paling mentok nanti nitip aja ke yang makan di luar”, balas Mbak Dewi.

Kupakai kembali kacamataku. Kemudian kusiapkan barang-barang seperlunya yang akan aku bawa. Dompet, handphone, dan kunci mobil. Ya, cukup ini aja yang perlu aku bawa. Akupun sengaja tidak mematikan komputer kerjaku karena aku tidak bermaksud belama-lama keluar kantor.

Aku bangkit dari tempat dudukku. “Gue jalan dulu ya Mbak”, pamitku ke Mbak Dewi. “Ok”, jawab Mbak Dewi singkat.

Kulangkahkan kakiku ke luar ruangan menuju lift. Ruangan tempatku kerja ada di lantai empat dari keseluruhan enam lantai gedung ini. Kulihat ada tiga orang menunggu di depan lift. Mereka semua teman-temanku tapi dari unit yang berbeda, walaupun masih dalam satu direktorat yaitu keuangan. Tampak pintu lift pun terbuka, kupercepat langkah kakiku, karena jarak ke pintu lift masih sekitar lima meter.

NONTON JAV HD >> ANDROMOVIE.COM

Setelah berbasa basi ringan dengan teman-temanku di lift, kami pun tiba di lantai dasar dan pintu lift pun terbuka.

Cuaca sepertinya sedang sangat panas, ini terasa begitu pintu lobby gedung terbuka. Dengan langkah cepat aku langsung menuju parkiran sambil mengingat di mana mobilku tadi pagi aku parkir. Kututupi atas kepalaku dengan tangan kiri, lumayan mengurangi teriknya matahari langsung menghujam kepalaku.

Akupun buru-buru masuk ke mobilku. Segera kunyalakan mobil dan memposisikan tombol AC ke yang paling tinggi. Sambil menunggu mobilku siap dijalankan, aku sempatkan menelepon suamiku, Doni, hanya sekedar menanyakan kabarnya dan memberitahukannya kalau aku akan ke rumah orangtuaku. Tidak lupa juga kutelepon rumahku untuk menanyakan kepada baby sitter keadaan anakku. Setelah yakin semuanya baik-baik saja, aku langsung kemudikan mobilku menuju rumah orangtuaku.

Rumah orangtuaku tidak jauh lokasinya dari kantor tempatku kerja. Hanya sekitar delapan ratus meter. Orangtuaku menempati rumah dinas milik kantor dan sudah kami tempati sejak sebelum aku lahir. Papahku seorang pensiunan dari perusahaan yang sama denganku. Rumah yang ditempati orangtuaku ini sudah berganti atas namaku, sehingga mereka masih dengan leluasa tinggal di rumah itu, padahal orangtuaku ini juga mempunyai rumah yang cukup besar di perumahan mewah di kotaku, tapi mereka beranggapan rumah dinas ini mempunyai nilai historis mereka selama lebih dari dua puluh lima tahun tinggal di sana.

Sedangkan aku sendiri telah tiga bulan ini pindah ke rumah sendiri yang lokasinya sekitar lima kilometer dari tempat kerjaku. Awalnya kedua orangtuaku keberatan rencana aku pindah, karena aku sebagai anak bungsu dan kedua kakakku yang sudah tinggal di rumahnya masing-masing, maka saat ini praktis hanya tinggal kedua orangtuaku dan asisten rumah tangga bernama Mpok Ela. Tapi dengan alasan ingin hidup lebih mandiri, mau tak mau orangtuaku mengizinkan aku juga.

Namaku Rani, usiaku saat ini dua puluh empat tahun. Aku bungsu dari tiga bersaudara yang seluruhnya perempuan. Kedua kakakku sudah menikah dan masing-masing-masing mempunyai dua anak. Sedangkan aku sendiri baru diberi anak satu dari satu setengah tahun usia pernikahanku dengan Doni. Anakku bernama Ari, masih berusia tujuh bulan. Doni suamiku, bekerja di perusahaan kontraktor asing. Dengan jabatannya sekarang, suamiku sering keluar kota bahkan keluar negeri untuk memantau proyek-proyek yang dikerjakan kantornya, sehingga di rumah aku sering tinggal berempat dengan anak, baby sitter dan asisten rumah tangga.

Diantara kakak-kakakku, aku yang paling tinggi. Tinggiku seratus enam puluh delapan centimeter, beratku saat ini lima puluh tujuh kilogram, delapan kilogram lebih berat dari sebelum aku hamil anakku. Kulitku kuning langsat agak kecoklatan. Kami bertiga mempunyai wajah yang mirip satu sama lain. Kakakku yang kedua, Mbak Risa, yang paling cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Akan tetapi diantara mereka hanya akulah yang pernah juara kedua lomba putri kecantikan di kota ini.

Setibanya di rumah orangtuaku, kuparkirkan mobilku di depan pagar. Sengaja aku parkir di luar pagar, karena memang aku tidak berniat lama-lama di sini.

Aku lihat dari balik pagar ada mobil keluarganya Mbak Risa terparkir di garasi, tapi yang ini biasanya dipakai Mas Rio, suaminya Mbak Risa, karena Mbak Risa ke kantor menggunakan mobil lainnya yang lebih kecil. “Eh Mbak Rani”, tiba-tiba ada suara dari dalam pagar. Tidak lama kemudian pintu pagar terbuka, muncul sang pemilik suara yaitu Mpok Ela. Mpok Ela ini sudah lebih dari tiga tahun bekerja di rumah orangtuaku.

“Ada siapa aja di dalem Mpok?”, tanyaku.

“Ada Mamah lagi di kamar, Mbak. Kayanya sih lagi tidur. Kalo Papah lagi pergi main golf”, jawab Mpok Ela.

“Ngga ada Mbak Risa? Itu ada mobilnya?”, tanyaku lagi.

“Itu bukan Mbak Risa, Mbak. Tapi Mas Rio, itu ada di kamar atas”, jawab Mpok Ela lagi.

“Ooo kirain Mbak Risa”, sahutku.

“Mobilnya ngga dimasukin garasi aja Mba?”, tanya Mpok Ela.

“Ngga usahlah, cuma sebentar kok”, jawabku sambil tersenyum.

“Laundry-an aku udah ada belum Mpok? Kalau udah ada, tolong siapin ya Mpok. Mau aku bawa”, ucapku lagi.

“Udah ada Mbak, nanti Mpok siapin. Ngomong-ngomong Mbak Rani mau sekalian makan di sini ngga? Kalau mau, Mpok siapin makanan sekarang”, ucap Mpok Ela.

“Iya Mpok. Aku ke kamar Mamah bentar”, jawabku.

Akupun segera masuk ke rumah dan menuju kamar Mamahku yang ada di lantai bawah. Rumah ini ada enam kamar. Tiga kamar di atas merupakan kamar aku dan kakak-kakakku sebelum kami semua berkeluarga. Saat ini tetap tidak ditempati siapapun, karena memang sengaja sebagai tempat jika aku dan kedua kakakku main ke sini. Sedangkan di lantai bawah ada tiga kamar lagi yaitu kamar orangtuaku, kamar tamu, dan kamar yang kecil diberikan kepada Mpok Ela.

Kubuka pintu kamar secara perlahan, takut membangunkan Mamahku. Tampak di tempat tidur Mamahku tertidur lelap. Aku urungkan niat untuk masuk kamar Mamahku.

Akupun menuju ruang makan, terlihat Mpok Ela sibuk menyiapkan makanan untukku. “Silahkan Mbak Rani makan. Mpok tinggal dulu ya. Mau nyetrika. Kalau butuh apa-apa panggil aja ya Mbak”, ucapnya lalu Mpok Ela berjalan menuju bagian belakang rumah. “Ok Mpok, terima kasih”, jawabku.

Akupun mulai menyantap makan siangku sambil memainkan handphone melihat perkembangan-perkembangan di media sosial.

Selesai makan, aku masih berdiam sejenak di meja makan. Tiba-tiba aku teringat kalau ada Mas Rio di kamar atas. Akupun berniat untuk menemuinya sekedar bertanya kabarnya. Kubereskan piring bekas aku makan dan menempatkannya ke tempat cuci piring. Setelah mencuci tanganku, aku pun langsung menuju tangga dan menaikinya menuju kamar Mbak Risa dulu.

Kusandarkan punggungku ke sandaran kursi kerjaku. Kulepaskan kacamataku, kemudian kuusap lensanya dengan kain pembersih lensa. Penat sudah mataku melihat susunan angka-angka yang masih terpampang di layar komputer di atas meja kerjaku.

Jam dua belas kurang sepuluh menit, itu yang ditunjukan oleh jam tanganku. Pantas saja ruangan tempat aku kerja sudah terasa sepi. Ruangan ukuran sekitar seratus meter persegi yang dihuni sebelas pekerja ini tinggal menyisakan tiga orang saja termasuk aku. Lainnya pasti sudah berhamburan untuk makan siang di luar kantor atau menuju tempat ibadah.

“Ran, elo makan siang dimana?”, suara Mbak Dewi yang duduk jeda dua meja sebelah kiriku. Mbak Dewi ini usianya lebih tua tiga tahun dariku. Kami seangkatan masuk kerja, dan sama-sama ditempatkan di unit anggaran kantor pusat sebuah BUMN bidang jasa transportasi. “Kayanya makan di rumah nyokap deh Mbak. Sekalian ambil laundry-an juga”, jawabku. “Mbak Dewi sendiri makan siang di mana?”tanyaku. “Ngga tau nih bingung. Paling mentok nanti nitip aja ke yang makan di luar”, balas Mbak Dewi.

Kupakai kembali kacamataku. Kemudian kusiapkan barang-barang seperlunya yang akan aku bawa. Dompet, handphone, dan kunci mobil. Ya, cukup ini aja yang perlu aku bawa. Akupun sengaja tidak mematikan komputer kerjaku karena aku tidak bermaksud belama-lama keluar kantor.

Aku bangkit dari tempat dudukku. “Gue jalan dulu ya Mbak”, pamitku ke Mbak Dewi. “Ok”, jawab Mbak Dewi singkat.

Kulangkahkan kakiku ke luar ruangan menuju lift. Ruangan tempatku kerja ada di lantai empat dari keseluruhan enam lantai gedung ini. Kulihat ada tiga orang menunggu di depan lift. Mereka semua teman-temanku tapi dari unit yang berbeda, walaupun masih dalam satu direktorat yaitu keuangan. Tampak pintu lift pun terbuka, kupercepat langkah kakiku, karena jarak ke pintu lift masih sekitar lima meter.

Setelah berbasa basi ringan dengan teman-temanku di lift, kami pun tiba di lantai dasar dan pintu lift pun terbuka.

Cuaca sepertinya sedang sangat panas, ini terasa begitu pintu lobby gedung terbuka. Dengan langkah cepat aku langsung menuju parkiran sambil mengingat di mana mobilku tadi pagi aku parkir. Kututupi atas kepalaku dengan tangan kiri, lumayan mengurangi teriknya matahari langsung menghujam kepalaku.

Akupun buru-buru masuk ke mobilku. Segera kunyalakan mobil dan memposisikan tombol AC ke yang paling tinggi. Sambil menunggu mobilku siap dijalankan, aku sempatkan menelepon suamiku, Doni, hanya sekedar menanyakan kabarnya dan memberitahukannya kalau aku akan ke rumah orangtuaku. Tidak lupa juga kutelepon rumahku untuk menanyakan kepada baby sitter keadaan anakku. Setelah yakin semuanya baik-baik saja, aku langsung kemudikan mobilku menuju rumah orangtuaku.

Rumah orangtuaku tidak jauh lokasinya dari kantor tempatku kerja. Hanya sekitar delapan ratus meter. Orangtuaku menempati rumah dinas milik kantor dan sudah kami tempati sejak sebelum aku lahir. Papahku seorang pensiunan dari perusahaan yang sama denganku. Rumah yang ditempati orangtuaku ini sudah berganti atas namaku, sehingga mereka masih dengan leluasa tinggal di rumah itu, padahal orangtuaku ini juga mempunyai rumah yang cukup besar di perumahan mewah di kotaku, tapi mereka beranggapan rumah dinas ini mempunyai nilai historis mereka selama lebih dari dua puluh lima tahun tinggal di sana.

Sedangkan aku sendiri telah tiga bulan ini pindah ke rumah sendiri yang lokasinya sekitar lima kilometer dari tempat kerjaku. Awalnya kedua orangtuaku keberatan rencana aku pindah, karena aku sebagai anak bungsu dan kedua kakakku yang sudah tinggal di rumahnya masing-masing, maka saat ini praktis hanya tinggal kedua orangtuaku dan asisten rumah tangga bernama Mpok Ela. Tapi dengan alasan ingin hidup lebih mandiri, mau tak mau orangtuaku mengizinkan aku juga.

Namaku Rani, usiaku saat ini dua puluh empat tahun. Aku bungsu dari tiga bersaudara yang seluruhnya perempuan. Kedua kakakku sudah menikah dan masing-masing-masing mempunyai dua anak. Sedangkan aku sendiri baru diberi anak satu dari satu setengah tahun usia pernikahanku dengan Doni. Anakku bernama Ari, masih berusia tujuh bulan. Doni suamiku, bekerja di perusahaan kontraktor asing. Dengan jabatannya sekarang, suamiku sering keluar kota bahkan keluar negeri untuk memantau proyek-proyek yang dikerjakan kantornya, sehingga di rumah aku sering tinggal berempat dengan anak, baby sitter dan asisten rumah tangga.

Diantara kakak-kakakku, aku yang paling tinggi. Tinggiku seratus enam puluh delapan centimeter, beratku saat ini lima puluh tujuh kilogram, delapan kilogram lebih berat dari sebelum aku hamil anakku. Kulitku kuning langsat agak kecoklatan. Kami bertiga mempunyai wajah yang mirip satu sama lain. Kakakku yang kedua, Mbak Risa, yang paling cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Akan tetapi diantara mereka hanya akulah yang pernah juara kedua lomba putri kecantikan di kota ini.

Setibanya di rumah orangtuaku, kuparkirkan mobilku di depan pagar. Sengaja aku parkir di luar pagar, karena memang aku tidak berniat lama-lama di sini.

Aku lihat dari balik pagar ada mobil keluarganya Mbak Risa terparkir di garasi, tapi yang ini biasanya dipakai Mas Rio, suaminya Mbak Risa, karena Mbak Risa ke kantor menggunakan mobil lainnya yang lebih kecil. “Eh Mbak Rani”, tiba-tiba ada suara dari dalam pagar. Tidak lama kemudian pintu pagar terbuka, muncul sang pemilik suara yaitu Mpok Ela. Mpok Ela ini sudah lebih dari tiga tahun bekerja di rumah orangtuaku.

“Ada siapa aja di dalem Mpok?”, tanyaku.

“Ada Mamah lagi di kamar, Mbak. Kayanya sih lagi tidur. Kalo Papah lagi pergi main golf”, jawab Mpok Ela.

“Ngga ada Mbak Risa? Itu ada mobilnya?”, tanyaku lagi.

“Itu bukan Mbak Risa, Mbak. Tapi Mas Rio, itu ada di kamar atas”, jawab Mpok Ela lagi.

“Ooo kirain Mbak Risa”, sahutku.

“Mobilnya ngga dimasukin garasi aja Mba?”, tanya Mpok Ela.

“Ngga usahlah, cuma sebentar kok”, jawabku sambil tersenyum.

“Laundry-an aku udah ada belum Mpok? Kalau udah ada, tolong siapin ya Mpok. Mau aku bawa”, ucapku lagi.

“Udah ada Mbak, nanti Mpok siapin. Ngomong-ngomong Mbak Rani mau sekalian makan di sini ngga? Kalau mau, Mpok siapin makanan sekarang”, ucap Mpok Ela.

“Iya Mpok. Aku ke kamar Mamah bentar”, jawabku.

Akupun segera masuk ke rumah dan menuju kamar Mamahku yang ada di lantai bawah. Rumah ini ada enam kamar. Tiga kamar di atas merupakan kamar aku dan kakak-kakakku sebelum kami semua berkeluarga. Saat ini tetap tidak ditempati siapapun, karena memang sengaja sebagai tempat jika aku dan kedua kakakku main ke sini. Sedangkan di lantai bawah ada tiga kamar lagi yaitu kamar orangtuaku, kamar tamu, dan kamar yang kecil diberikan kepada Mpok Ela.

Kubuka pintu kamar secara perlahan, takut membangunkan Mamahku. Tampak di tempat tidur Mamahku tertidur lelap. Aku urungkan niat untuk masuk kamar Mamahku.

Akupun menuju ruang makan, terlihat Mpok Ela sibuk menyiapkan makanan untukku. “Silahkan Mbak Rani makan. Mpok tinggal dulu ya. Mau nyetrika. Kalau butuh apa-apa panggil aja ya Mbak”, ucapnya lalu Mpok Ela berjalan menuju bagian belakang rumah. “Ok Mpok, terima kasih”, jawabku.

Akupun mulai menyantap makan siangku sambil memainkan handphone melihat perkembangan-perkembangan di media sosial.

Selesai makan, aku masih berdiam sejenak di meja makan. Tiba-tiba aku teringat kalau ada Mas Rio di kamar atas. Akupun berniat untuk menemuinya sekedar bertanya kabarnya. Kubereskan piring bekas aku makan dan menempatkannya ke tempat cuci piring. Setelah mencuci tanganku, aku pun langsung menuju tangga dan menaikinya menuju kamar Mbak Risa dulu.


Kamar Mba Risa ini tepat sebelahan dengan kamarku. Dulunya kamar kami ini kamar yang besar, akan tetapi seiring pertumbuhan kami, maka orangtuaku membagi dua kamar ini dengan disekat menggunakan material gypsum.

Kuketuk pintu kamar Mbak Risa dulu, sambil memanggil Mas Rio pelan. Tidak ada jawaban. Aku buka pintu perlahan. Kulihat Mas Rio tidur terlentang sedikit di sisi kanan tempat tidur dengan posisi tangan dan kaki agak direntangkan ke samping.

“Mas Rio”, kupanggil namanya sekali lagi.

“Mmmm”, jawab Mas Rio pelan dengan mata masih tertutup.

“Lagi ngapain Mas?”, tanyaku.

“Ngewe”, jawabnya asal.

“Yeee orang ditanyain bener juga?!”, sahutku.

“Lagian elo pake nanya lagi, udah tau lagi tidur gini”, balasnya.

“Kalau tidur kok masih ngomong? Ngigo ya? Hehehe”, candaku sambil menghempaskan pantatku ke tempat tidur dengan posisi sembilan puluh derajat dari posisi sebelah kiri Mas Rio. Kuambil bantal dan kujadikan tempat sandaran di tembok kamar dengan kaki aku luruskan di tempat tidur.

“Seriusan Mas, ngapain di sini? Kok ngga kerja?”, tanyaku sambil kembali memainkan handphoneku.

“Kaga, lagi izin gue. Badan gue pegel-pegel. Udah seminggu lebih lembur terus. Mau istirahat di rumah ngga bisa. Ini juga Risa yang nyuruh gue ke sini”, jawabnya kulihat tetap dengan mata tertutup.

“Nah elo sendiri ngapain ke sini? Nyari makan gratisan ya?”, tanyanya ngeselin.

“Siaul, mau ambil laundry-an. Tapi yaa sekalian juga makan gratisan sih. Hehehe”, jawabku.

“Udah kebaca”, tanggapnya enteng.

Mas Rio pun merubah posisi kaki kirinya dengan menekuknya ke atas. Sehingga membuat ujung celana pendek berbahan parasut hitam yang dipakainya dengan mudahnya turun sampai pangkal pahanya. Dan ini membuat terlihat “makhluk” yang tinggal di selangkangan Mas Rio. Memang kakak iparku sering aku perhatikan tidak pernah pakai celana dalam kalau memang niat perginya hanya ke rumah orangtuaku ini, karena rumah dia dengan rumah orang tuaku tidak lebih dari satu kilometer.

Terlihat jelas makhluk itu masih dalam keadaan tidur, dengan kepalanya sedikit serong ke kiri bersandar di kantong telurnya. Degh, jantungku langsung berdegub kencang, darahku pun berdesir, karena secara otomatis memori kenikmatan itu berputar di kepalaku teringat kejadian satu setengah tahun lalu. Pikiranku melayang mengingat kembali bagaimana kenikmatan yang pernah diberikan makhluk itu kepadaku pada saat dia mengamuk dan marah mengoyak-ngoyak sarang kenikmatanku.

Masih teringat jelas di otakku bentuk penis Mas Rio. Secara ukuran memang tidak berbeda dengan milik Doni, suamiku. Tetapi bentuknya yang unik membuat indera kenikmatanku tidak akan melupakannya. Pada saat ereksi kepala penisnya yang besar dan mengembang seperti kapala jamur, mengecil dan seperti ada sekat di leher penis, membesar di batang penis, dan mengecil kembali di pangkal penis. Tapi yang tak mungkin aku lupa adalah urat-urat menonjol pada batang penisnya yang membuat aku merinding nikmat saat penis Mas Rio memompa vaginaku. Dinding vaginaku seperti digaruk-garuk oleh penisnya.

Ukh, mengingatnya aja udah membuat vaginaku basah saat ini. Keinginanku untuk menikmati penis Mas Rio timbul kembali. Tapi bagaimana caranya? Aku malu kalau harus memulai lebih dahulu. Sedangkan menurutku saat ini situasi yang mendukung untuk melampiaskan kerinduanku pada penis Mas Rio.

“Gimana kabar Ari? Udah bisa ngapain aja?”, tanya Mas Rio membuyarkan lamunanku.

“Baik-baik aja Mas. Yaa standar bayi umur tujuh bulan lah, udah bisa duduk sama ngoceh-ngoceh gitu”, jawabku.

“Trus elo sendiri gimana? Udah ngga pernah kumat lagi?”, tanya Mas Rio kembali.

“Kadang-kadang aja sih Mas tapi masih bisa aku kontrol kok. Mungkin karena sibuk ngurusin Ari, jadi ngga ada waktu buat mikir yang aneh-aneh lagi hehehe”, jawabku.

“Sibuk ngurusin anak, bisa jadi lupa ngurusin laki lo deh hehehe,” candanya.

“Nggalah Mas, tetep kalo itu mah, kan kebutuhan. Hehehe”, sahutku sambil tersenyum penuh arti.

“Masih sering emang? Paling banter juga sebulan sekali. Apalagi punya bayi”, lanjut Mas Rio.

“Curhat ya Mas?”, godaku.

“Hahaha”, tawanya menanggapi komentarku. “Kaya elo ngga aja. Kalo gue sih minimal seminggu sekali”, lanjut Mas Rio.

“Iya sih hehehe”, jawabku sambil nyengir.

“Emang udah berapa lama ngga?”, selidik Mas Rio.

“Kalo itu mah hampir tiap minggu Mas. Tapi ya ituu..”, jawabku menggantung.

“Itu apa?”, tanyanya penasaran.

“Udah ngga pernah ngerasain sampe orgasme lagi sejak ngelahirin, Mas hehehe”, jawabku malu.

“Udah dol kali meki lo, dokternya lupa jahit”, sahutnya ngeselin. Aku balas melempar bantal di dekatku ke arah mukanya. Diapun tertawa lepas sambil menepis bantal yang aku lempar.

“Pantesan aja daritadi elo ngeliatin selangkangan gue terus hehehe”, sahutnya sambil cengar cengir.

“Yee enak aja, ngga dilihatin juga udah nongol sendiri. Tuh udah bangun, jadi ketauan kan Mas kepengen”, balasku.

“Walaah, iya ya hehehe”, sahutnya santai.

Penis Mas Rio sudah berdiri tegak, menyeruak dari ujung celana pendeknya, tegak sejajar dengan paha kiri Mas Rio yang masih ditekuk ke atas.

“Trus kalo udah gini enaknya diapain ya?”, godanya.

“Disuruh duduk aja Mas, kasian berdiri terus”, jawabku pura-pura tak acuh.

“Yuk lah”, sahut Mas Rio.

Kulirik jam di tangan kiriku. Jam satu kurang lima menit. Masih ada cukup waktu. “Quickie aja ya Mas”, jawabku.

Segera kugeser posisi duduk ke samping kiri Mas Rio. Langsung kubelai penis Mas Rio memakai sisi luar jari telunjuk kiri mulai dari kepala penis sampai pangkalnya. Penis Mas Rio berkedut-kedut bereaksi terhadap belaianku. Kulihat nafas Mas Rio mulai memburu menikmati aktifitasku memainkan penisnya. Sekitar penis dan buah zakar Mas Rio ditumbuhi rambut. Tidak terlalu lebat, tampaknya Mas Rio rajin merawat rambut kemaluannya. Sedangkan panjangnya sekitar empat belas sentimeter, dengan diameter sekitar tiga sentimeter di bagian kepala, membengkak menjadi tiga setengah sentimeter di tengah batang penisnya, dan mengecil di pangkal penisnya sekitar dua setengah sentimeter. Tentunya dengan dihiasi tonjolan-tonjolan urat di batang penisnya bagaikan terpasang butiran mutiara di balik kulitnya.

Kemudian aku memposisikan diriku di antara kedua kaki Mas Rio yang sudah dalam posisi membuka lebih lebar siap menerima pelayanan dariku. Aku berbaring telungkup dengan menopang tangan kiriku untuk menjaga kepalaku tetap berada di atas dekat penisnya. Tangan kananku mulai mengocok perlahan penis Mas Rio. Terasa di telapak tanganku tonjolan-tonjolan urat di batang penisnya, membuat aku semakin bergairah. Terasa dadaku makin sesak, putingku makin mengeras. Ditambah lagi aku baru menyadari kalau ASI-ku belum dipompa sejak tadi pagi.

Kudekatkan kepalaku ke penis Mas Rio. Kujulurkan lidahku ke lubang kencingnya. Kumainkan lidahku di sana sambil tangan kananku tetap mengocok penisnya. Keluar dari lubang penisnya cairan kental bening pertanda penis Mas Rio siap untuk membuahi, lalu kusapu cairan itu dengan lidahku. Perlahan mulai kujilati kepala penis Mas Rio, kusapu seluruh kepala penisnya yang sudah mulai merah merekah. Nafas Mas Rio mulai tidak teratur.

Setelah puas bermain dengan kepala penisnya, lidahku mulai menjilati area bawah batang penis Mas Rio. Kujilat dari pangkal penis bagian bawah sampai kepala penis bawah, terus berulang bagaikan menjilati es krim kesukaanku, sambil tangan kananku memainkan buah zakarnya.

Beralih ke buah zakarnya, kusapu seluruh kulit pembungkus buah zakarnya yang sudah mengkerut kencang, kemudian aku kulum dan kuhisap salah satu buah zakarnya, membuat Mas Rio mendesah. Terus kukulum dan kumainkan dengan lidahku buah zakar Mas Rio.

Tak sampai di situ, aku mulai perlahan menjilati ruang antara kantung buah zakar dengan lubang anusnya. Lalu kumainkan lidahku menyapu lubang anusnya. Serangan ini sukses membuat Mas Rio kelojotan sambil memekik pelan, “aach gila, belajar dimana lo?!”. Aku pun tersenyum nakal kepadanya. Kulanjutkan seranganku itu sambil tangan kananku tetap mengocok badan penisnya. Kujilat memutari lubang anusnya dengan lidahku, dilanjutkan ke ruang antara lubang anus dan kantung buah zakarnya, lalu kembali lagi kumainkan ujung lidahku di lubang anusnya.

Kuposisikan kembali mulutku di kepala penisnya. Kumasukkan sebatas kepala penis ke mulutku sambil kugenggam pangkal penisnya. Kumainkan lidahku di kepala penisnya. Kemudian mulai kumasukkan batang penis Mas Rio sampai mentok di tenggorokanku membuatku hampir tersedak. Agak susah payah aku pada saat mencapai setengah batang penisnya, karena ukurannya yang lebih besar dari kepalanya, berusaha supaya gigiku tidak mengenai batang penisnya.

Dengan posisi seperti itu, air liurku pun keluar dari mulutku tanpa bisa kubendung. Kumulai mengocok penis Mas Rio dengan mulutku. Kuatur ritme mengocokku dan semakin terasa keras dan membesar penis Mas Rio. Kuhisap dengan ganas, kemudian kumainkan lidahku dengan tetap kepala penisnya berada di dalam mulutku. Terus dan terus tanpa henti kuhisap dan kukocok penis Mas Rio, membuatku vaginaku semakin basah dan gatal minta segera dimasuki batang kenikmatan ini.

“Jago juga ya si Doni ngedidik elo sampe jago nyepong gini”, sahutnya sambil mendesah tak karuan. Akupun membalas dengan tatapan nakal kepadanya sambil kucubit bagian dalam paha kanannya.

“Udah udah, kalo gini terus bisa jebol pertahanan gue”, sahutnya sambil sedikit menarik kepalaku untuk melepaskan penisnya dari mulutku. Aku terkekeh mendengarnya, merasa senang bisa membuat Mas Rio kelojotan.

Kemudian aku pun bangkit, menyingkap rok warna biiru tua seragam kantorku ke atas dan melepaskan celana dalamku yang sudah basah oleh cairan kenikmatan dari vaginaku. Kulempar celana dalamku ke wajahnya, dia pun terkejut melihat aksi nakalku. Langsung kutimpa badannya dan kusergap bibirnya dengan ganas tanpa memberi kesempatan padanya untuk menghilangkan keterkejutannya.

Disambutnya seranganku di bibirnya. Kami pun saling berpagutan ganas. Lidah kami bermain bebas di rongga mulut bergantian.

Penis Mas Rio dan bibir vaginaku pun saling bersentuhan. Saling bergesekan liar mengikuti irama goyangan tubuh masing-masing. Diremas-remasnya payudaraku tanpa membuka bajuku dan bra-ku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memeluk diriku sambil mengusap-udap punggungku.

Tangan kananku melesat ke bawah mencari batang kenikmatan yang sudah berdiri tegak menantang. Tangan kanan Mas Rio pun tak mau ketinggalan, dia mulai memainkan klitorisku dengan jari tengahnya dengan sesekali menusuk ke dalam bibir vaginaku membuat gairahku semakin liar. Ditusuknya berulang-ulang dengan jarinya, vaginaku pun semakin basah oleh cairan kenikmatanku.

Aku tuntun penis Mas Rio menuju bibir vaginaku yang sudah terbuka akibat tusukkan jari Mas Rio. Terasa hangat saat kepala penis Mas Rio menempel di bibir vaginaku. Perlahan-lahan kumasukan batang kenikamatan itu ke lubang senggamaku. Namun kuhentikan saat sudah setengah penis Mas Rio masuk ke dalam vaginaku, karena sudah terasa sesak bibir vaginaku oleh pertengahan batang penisnya. Mas Rio membantuku dengan menggoyang ringan pinggulnya agar bibir vaginaku bisa menelan seluruh batang penisnya.

“Sakit?”, tanyanya. “Ngga Mas, lemes aja ini penuh banget”, jawabku terengah-engah.

Kuatur nafasku sebelum menerima hujaman penuh penis Mas Rio. Dengan menggunakan gaya berat tubuhku, kudorong penis Mas Rio masuk sepenuhnya ke dalam liang senggamaku. “Aach”, pekik ku dan aku terkulai lemas di atas tubuh Mas Rio saat batang gemuk penisnya menerobos bibir vaginaku dan kepala penisnya menubruk mulut rahimku. Ini belum seluruhnya penis Mas Rio ada di dalam liang kenikmatanku, masih ada sekitar dua atau tiga sentimeter lagi dari pangkal penisnya.

Kami pun diam sejenak untuk menunggu vaginaku terbiasa oleh penis Mas Rio. Ini dimanfaatkan Mas Rio untuk kembali menciumku dengan nafsunya, sambil tangan kanannya mengelus-elus punggungku. Ini yang aku suka dari Mas Rio, dia selalu berusaha membuat aku nyaman dan memperlakukanku dengan kasih sayang pada saat melakukan aktifitas seksual. Tidak hanya berlandaskan nafsu belaka. Ini yang belum aku dapatkan dari Doni, suamiku.

Perlahan-lahan Mas Rio menggoyangkan pinggulnya, membuat gesekan-gesekan kecil antara batang penisnya dengan dinding senggamaku, alhasil cairan vaginaku pun kembali banyak keluar.

Makin lama goyangan dan ayunannya semakin keras dan jauh. Aku pun mengimbangi dengan goyangan pinggulku mengikuti irama goyangannya, membuat vaginaku semakin gatal dan nafsuku semakin mengganas.

Aku pun bangkit dan menduduki pangkal paha Mas Rio. Aku goyangkan pinggulku ke depan dan ke belakang sambil sesekali mengayun ke atas dan ke bawah mengikuti irama nafsuku yang makin memuncak. Kedua tangan Mas Rio mulai meremas-remas kedua payudaraku yang berukuran tiga empat b. Kubuka tiga kancing teratas baju seragam putihku. Terlihat olehnya bra khusus menyusui warna krem yang aku pakai. Bra ini terdapat kait yang bisa membuka bagian depannya agar ibu yang masih menyusui bisa langsung menyusui anaknya tanpa repot melepas bra yang dipakai.

Bagian depan bra sudah basah oleh cairan ASI-ku, akibat diremas-remas Mas Rio dan karena isinya belum aku pompa untuk anakku. Diusap-usapnya putingku yang mengeras tanpa melepas tutup bra. Kemudian dibukanya kait penutup depan bra, dan terlihatlah puting payudaraku yang berwarna coklat dan sedikit menonjol, dengan tetesan ASI yang siap jatuh. Putingku ini masih tergolong kecil untuk kalangan ibu menyusui. Anakku pun terkadang masih kesulitan menghisap ASI langsung dari payudaraku.

Tiba-tiba Mas Rio bangkit dan langsung menghisap putingku sebelah kanan, sambil dimainkannya putingku yang sebelah kiri dengan jari kanannya. Dimainkannya putingku dengan ujung lidahnya, dan dihisapnya putingku sampai keluar ASI seperti bayi besar yang haus, haus akan seks tentunya. Suamiku pun tidak pernah seperti ini. Maaf ya nak, kamu harus berbagi ASI dengan pakdemu.

“Ooh ooh terus Mas”, desahku yang tak bisa kubendung lagi. Serangan atas bawah ini praktis membuat desahanku semakin keras. Mendengar desahanku yang semakin menjadi, Kedua tangan Mas Rio pun mulai berada di bongkahan pantatku, membantuku menggoyangkan vaginaku di atas penisnya.

Semangat menggebu-gebu untuk merasakan nikmat ini menghabiskan energiku dan membuatku lemas tak berdaya. Aku pun menghentikan goyanganku dan kepalaku tertunduk lemas di bahu kiri Mas Rio.

“Capek Mas”, sahutku.

“Yaudah gantian. Doggy aja yuk. Kayanya kita belum pernah deh. Tapi jangan dilepas ya”, pinta Mas Rio.

“Iya Mas”, jawabku.

Badan Mas Rio langsung agak mundur sedikit, memberikan aku ruang untuk memutar badanku ke posisi reverse cowboy dengan penis Mas Rio masih menancap di vaginaku. Sungguh sensasi yang luar biasa di vaginaku pada saat melakukan gerakan itu. karena saat memutar, aku kehilangan tumpuanku di lututku sehingga aku langsung menduduki pangkal paha Mas Rio dan otomatis membuat penisnya menusuk semakin dalam mendesak mulut rahimku.

Setelah dalam posisi reverse cowboy, perlahan aku membungkukkan badanku untuk menuju posisi doggy, diikuti gerakan Mas Rio yang menyesuaikan gerakanku. Aku bertumpu pada kedua lenganku dan kedua lututku, sehingga posisi pantatku lebih tinggi dari kepalaku. Kulihat Mas Rio mengatur posisi dengan bertumpu pada lutut kiri dan kaki kanannya ditekuk berada di samping kananku.

Mas Rio mulai mengayunkan penis perlahan ke dalam vaginaku. Gerakannya semakin lama semakin cepat. Cairan vaginaku pun semakin banyak keluar. Gesekkan dinding vaginaku dengan batas batang penisnya yang berurat membuat desahanku semakin menjadi. Aku merasa seluruh dinding vaginaku seperti digaruk-garuk oleh benda besar dan hangat. Ditambah lagi tusukan Mas Rio membuat seluruh batang penisnya masuk ke dalam vaginaku dan mendesak-desak menubruk mulut rahimku semakin dalam dan berulang-ulang.

Bunyi pangkal paha Mas Rio beradu dengan pantatku semakin kencang terdengar. Tangan kiri Mas Rio meremas-remas payudara kiriku yang mengayun mengikuti efek goyangan yang ditimbulkan tusukan-tusukan penis Mas Rio.

Tiba-tiba aku merasa ada sentuhan menggelitik di sekitar lubang anusku. Rupanya Mas Rio memainkan jempol kanannya mengusap-usap area lubang anusku. Perlahan tapi pasti, usapan-usapan itu berubah menjadi tusukan-tusukan kecil di luar lubang anusku. Dan tidak menunggu lama, satu ruas jempol kanan Mas Rio sudah berada di dalam lobang anusku. Membuat pertahananku semakin melemah.

Mas Rio kembali mempercepat irama goyangannya, diiringi permainan tangan kirinya di putingku, dan satu ruas jempol kanannya berada di dalam anusku. Mendapat serangan bertubi-tubi seperti itu, pertahananku akhirnya kandas sudah. Aku mendesah semakin kencang dan sampailah aku di kenikmatan puncak dunia. Badanku mengejang dan seperti melayang, vaginaku berkedut dan semakin kencang meremas penis Mas Rio, diiringi keluarnya banyak cairan kenikmatan dari vaginaku, membuat batang penis dan pangkal penis Mas Rio basah kuyup.

Aku sudah tidak kuat lagi bertumpu pada kedua lenganku, kepalaku pun ikut menopang berat tubuh atasku saking lemasnya. Melihat hal ini, Mas Rio bukannya berhenti malah membuat goyangannya semakin jadi. Aku merasa Mas Rio sebentar lagi akan orgasme, sangat terasa penisnya yang makin kaku dan berkedut-kedut.

Benar saja, tidak lama kemudian terasa semprotan sperma Mas Rio menghujam mulut rahimku. Semprotan cairan hangat itu terasa sekitar lima sampai enam kali semprotan didahului dengan kedutan di batang penis Mas Rio. Mas Rio pun mengejang dan mengerang kenikmatan, sampai-sampai membuat remasan tangan kirinya sangat kencang di payudara kiriku.

Tubuh Mas Rio pun ambruk di punggungku. Kemudian dia menciumku dan memainkan lidahnya di mulutku. Aku membalas ciumannya. Aku merebahkan tubuhku dalam posisi tengkurap dengan tubuh Mas Rio masih di punggungku dan penisnya masih menancap di vaginaku.
Share:

Agen Poker Terpercaya-Susu kenyal yang membuat ku sange berat

Susu kenyal yang membuat ku sange berat

 Agen Poker Terpercaya - Dinding rumah mulai agak kusam, tandanya rumah harus segera ada perhatian.

Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan, ya lumayan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu. Suasanya halaman yang dulunya asri oleh bunga warna-warni kini seakan tiada lagi, hanya tertinggal berbagi saja, bunga tulip, melati satu batang, bunga anggrek pemberian tante.

Semua itu prediksiku harus segera cepat dilaksanakan, mengingat rumahku sebagai tempat kost, Penghuninya biar nyaman yang “punya rumah kudu” perhatian juga. Mengingat service itu dimana saja harus baik. Aku punya tempat kos-kosan, dengan menjadikan rumah sebagai tempat beristirahat sejenak bagi yang membutuhkan,

Tapi ada hal yang ku alami, aku tidak pernah menduga ada kejadian mengesankan, begini ceritanya…

Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu, dia cantik, manis dan bertubuh mungil tapi toketnya gede (meskipun tubuhnya mungil), serta kulit putih.

Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya. Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku, ukh bahagianya aku. Suatu hari aku ada acara keluar kota, iseng aku mengajaknya pergi, ternyata dia menyambut ajakanku.

BACA JUGA > PERKOSA PERAWAN SMA

Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra, kadang tanganku iseng pura –pura tak disengaja menyentuh pahanya.

Mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal, aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya. Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink.

Mulanya dia menolak, aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.

Akhirnya dia mengangguk pelan, langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap, mengelus bahkan saat kuremas susu nya yang gede dan kenyal, dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai.

Kupermainkan putting susu nya dengan dua jari dia semakin mendesah, sambil tetap menyetir aku tarik resliting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja, aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang, namun dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali.

Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku lagi dan akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.


“ Ang, punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku “ katanya
“ Hmm, susu mu juga kenyal sekali “ kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku.

Tak lama kami sampai di kota tujuan, langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

NONTON FILM BOKEP TERBARU DAN HOT >> ANDROMOVIE.COM

Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv, kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya, ternyata dia tidak memakai bra dibalik baju tidurnya, dia hanya memakai cd sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susu nya dan mempermainkan putingnya .

“ Akh, Ang jangan terlalu keras “ katanya kala kuremas dengan rasa gemas.
“ Maaf, habis susu mu kenyal sekali “ kataku
“ Iya, tapi sakit “ katanya
“ Iya pelan deh, kita pindah kedalam yuk “ kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan.

Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang, kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya.

“ Akh,Ang ………..shhhhhhhh “ kata mendesah Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal cd nya yang berwarna hitam. Kukulum bibirnya, dia membalas kulumanku dengan penuh gairah.

Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.

“Ukh,…teruskan yang “ kataku
“ Ikh besar sekali, panjang lagi “ katanya.
“ Ssssst ,”kataku sambil mengulum putting susu nya yang makin menegang, tanganku kupergunakan untuk menurunkan cdnya .

Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus, dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa.

“Akh,….teruskan pelan pelan “katanya sambil meremas penisku.

Kemudian aku menurunkan kulumanku pada susu nya ke pusarnya, dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah.

“Sekarang giliranmu sayang “ kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya .

Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang, saat dia mulai mengulum, penisku serasa terbang menahan rasa nikmat. Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih, susu nya yang gede menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus.

Perlahan – lahan aku menaikinya, kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku. Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya, pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.

“Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku
“Baiklah, sayang aku masukkan ya “ kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan, sempit sekali.
“Aduh..,sakit Ang akh……..” katanya “Sebentar juga hilang “ kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat.

Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya.

“Terus ….lebih cepat akh………ukh nikmat sekali kontolmu yang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 16 cm, penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.

“Akh…….terus goyang pinggulmu “ kataku padanya,dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya.

Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat, rupanya dia telah mencapai orgasme, dia berbaring lemas dibawahku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah .

Terlihat ada air mata pada ujung kelopak matanya, melihat itu aku segera berbisik padanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua ini. Barulah dia berubah riang kembali dan aku mulai aktifitas kembali menaik turunkan penisku dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat .

Malam itu kami melakukannya sebanyak 3 kali sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.
Share:

agen poker terpercaya perkosa perawan sma

perkosa perawan sma 


Agen Poker Terpercaya - Aku seorang laki-laki yang masih menganggur. Umurku 30 tahun, sebut saja namaku Fidel (bukan nama sebenarnya). Begini ceritaku..
Setiap pagi di SMA itu selalu diadakan mata pelajaran Olahraga dan Kesehatan. 

Seperti lazimnya SMA yang lain, setiap mengadakannya pasti sebelumnya disertai pemanasan terlebih dahulu, dan pemanasan yang dimaksud di sini adalah lari pagi. 

Setiap kali siswi-siswi itu lari aku ajak menumpang di mobilku yang pickup itu (jadi muat banyak penumpang) dan mereka tidak pernah menolak bahkan mereka senang.

Lalu timbullah pikiran kotorku. Aku tahu bahwa ada cewek yang menurutku lumayan sporty, cantik, manis dan juga montok dibandingkan teman-temannya yang lain. Sebut saja Damara (bukan nama sebenarnya). 

Damara lumayan tinggi untuk gadis seumurnya, kulitnya bisa dikatakan sawo matang, tapi benar-benar terang dan keputih-putihan. Yang aku tahu Damara masih duduk di kelas 1 di SMA itu.
Aku benar-benar tidak tahan melihat penampilannya yang sporty dan seksi setiap kali dia kelelahan lari dengan jarak yang lumayan jauh itu.

dia tampak sangat seksi dengan seragam kaus yang agak ketat, serta bagian bawahnya celana pendek sexy yang agak ketat juga. Aku melihat dengan penuh nafsu keringat yang membasahi menghiasi tubuhnya yang indah itu hingga terlihat agak tembus pandang.
Singkat cerita Damara aku bisiki.

agar pada hari Jumat nanti yang merupakan jadwal kelas Damara untuk berolah raga, dia sengaja berlari sendiri jauh dari teman-temannya yang lain dengan alasan nanti akan kubelikan es sirup dan juga untuk mengerjai teman-temannya.

Sehari sebelum hari H, aku menyiapkan tempat dan peralatan untuk siswi lugu ini di antaranya minuman energi, obat tidur, tali pramuka secukupnya, lakban, dan spons beserta sprei untuk kasur. 

Mobil pickup-ku pun sebelumnya aku persiapkan sedemikian rupa sehingga ruang tengah benar-benar pas untuk spons beserta spreinya.

Hari Jumat pun tiba. Pada pukul 05:30 WIB pun aku berangkat dari rumah dan menunggu mangsa yang satu ini. Kebetulan aku sudah mengetahui nomor HP-nya. 

sehingga aku tinggal missed call dia dari kejuhan dan dia langsung paham maksudku (agar dia tidak lupa dengan janjinya). Acara lari sudah dimulai dan tepat seperti dugaanku.

dia sudah berlari dengan mengurangi kecepatan untuk menjauh dari teman-temannya yang lain (tetapi larinya menurutku sudah telanjur terlalu jauh sekitar 1 km, mungkin ini dimaksudkannya untuk menghindari pengawasan gurunya dari belakang) dan dia juga sudah melihat mobilku dari kejauhan.

Aku langsung menghampiri dan mengajaknya masuk ke mobilku. Dia pun masuk ke mobilku tanpa basa-basi. Lalu aku memberinya es sirup yang telah kujanjikan kepadanya (yang tentunya sudah kuberi obat tidur secukupnya). 

Dia bahkan hanya melihat teman-temannya di depan yang mendahuluinya dan sama sekali tidak melihat ke belakang jika ada spon bersprei di sana, diapun saking hausnya langsung meneguk es sirup yang aku sebelumnya sudah campur dengan obat tidur tadi.

Dia benar-benar sudah keringatan karena kelelahan lari hingga semakin merangsangku untuk segera melumatnya. Keringatnya pun sudah tercetak di bajunya.

BACA JUGA > cerita dewasa hot_ di ajak ngentot sama teman pacar ku


Dia ingin agar aku segera mempercepat mobil dan menghampiri temantemannya untuk menggoda mereka, tapi aku menolaknya dengan alasan bahwa aku akan mengisi bensin dulu. 

Damara menurutinya karena di dekat sekolahnya memang ada tukang bensin pinggir jalan (sambil aku menunggu obat tidurnya bereaksi). Walau bensin mobilku sebenarnya belum habis tapi aku terpaksa menuju ke tukang bensin itu juga.

Aku turun tetapi bukannya membeli bensin (karena memang masih penuh) tetapi malah membeli koran yang aku baca-baca sebentar di luar mobil. 

Lalu aku membayar koran itu dan kemudian masuk kembali ke mobil. Aku dapati Damara sudah tertidur pulas, tapi rupanya dia masih sempat membuang bungkus es itu keluar mobil agar tidak mengotori lantai mobilku. 

Untung saja kepalanya tidak terantuk benda keras di depannya atau barang yang lain karena dia menempatkan tubuhnya di antara kursi depan dan pintu di sudut.

Aku pikir anak ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa hingga langsung saja aku telentangkan dia di tempat yang sudah aku persiapkan sebelumnya. 

Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyumpal mulutnya dengan lakban agar dia tidak bisa berteriak ketika tersadar nanti. Aku mulai menjalankan mobilku dengan kencang ke tempat yang benar-benar sepi dari keramaian dan agak rindang. 

Beruntung dia belum bangun. Aku pun melanjutkan dengan menelanjanginya, melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat tubuhnya benar-benar seksi untuk gadis seusianya dan kulitnya yang sawo matang namun agak keputih-putihan itu benar benar mulus juga mengkilat mungkin karena terlalu lelah lari tadi.

Kuteruskan membuka BH-nya dan aku melihat pemandangan dua gunung yang lumayan montok untuk gadis seusianya, payudaranya benar-benar kencang. 

Lalu aku teruskan untuk membuka CD-nya yang putih tipis itu dan aku mendapatkan pemandangan yang sungguh indah, sebuah vagina mungil dengan dihiasi bulu-bulu lembut yang tidak terlalu lebat. 

Batang kemaluanku sudah mulai tidak bisa diajak berkompromi, maka aku cepat-cepat membuka seluruh pakaiannya kecuali sepatu sportnya yang berkaus kaki putih itu karena aku pikir dengan begitu dia akan terlihat benar-benar cantik dan sangat merangsang untuk dinikmati. Lalu aku cepat-cepat mengikatnya dengan tali pramuka yang telah kupersiapkan sebelumnya.

Aku ikat kedua tangannya di belakang punggung dengan ikatan yang sangat rapat hingga kedua tangannya menyiku. 

HP miliknya kuletakkan di kursi depan karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Lalu terakhir aku memotretnya habis-habisan dengan HP berkameraku. 

Kupotret seluruh tubuhnya dari depan, lalu aku balikkan tubuhnya kemudian memotretnya dari belakang. Untuk sementara tugasku kali ini sudah selesai dan aku tinggal menunggunya sadar, tetapi dia belum sadar juga, padahal obat tidur yang kuberikan tidak terlalu banyak. 

Ah peduli apa, pikirku. Walau dia belum sadar juga tidak ada salahnya jika dicicil sedikit.

Aku mulai dari kedua payudaranya yang sejak tadi seakan menghipnotisku untuk terus menatapnya. Aku mulai menghisapnya dengan kasar, dan rasanya benar-benar lezat. 

Aku terus menghisap dan menjilati keduanya sambil sesekali aku gigit saking gemasnya. Dan sewaktu aku mengerjai kedua payudaranya dia sedikit demi sedikit mulai tersadar. Kemudian aku melihat ke arah jam tanganku yang menunjukkan pukul 08:15 WIB, berarti dia tadi tertidur sekitar 1 jam lebih.

FILM BOKEP HOT DAN TERBARU >>  ANDROMOVIE.COM

Mata Damara langsung terbelalak keheranan karena begitu bangun dia langsung mendapatkan dirinya terikat tanpa pakaian di dalam mobil. Dia mencoba berteriak ketika dia mendapatkan dirinya dalam keadaan seperti itu, tapi itu semua sama sekali hanya membuang-buang tenaganya saja karena aku sudah menutup mulutnya dengan lakban.

“Eemmhh..!! Emmhh.. Mm.. Mmhh..!”, Damara mencoba bersuara.
“Kamu tenang aja Wid.. Gak ada yang bakalan denger meski kamu berteriak sekencang apa pun, mulutmu itu sudah kubungkam dengan lakban dan di sini benar-benar sepi, paling paling yang mendengarmu cuma kambing sama ayam aja.. Ha.. Ha..,.

jadi sebaiknya simpan tenagamu dan nikmati saja apa yang akan terjadi sama kamu. Simpan tenagamu ya sayang.. Tugasmu masih banyak dan sama sekali belum dimulai”, ujarku.

Damara menatapku dengan ketakutan, matanya memerah dan wajahnya jadi semakin pucat. Tapi dia tidak menghiraukan ucapanku tadi, dan dia meronta semakin kuat.

“Eemmhh..!! Em..!! Mmhh..!! Mm!! Hmmhh..!!” Karena ucapanku tidak diindahkannya, aku langsung mengobok-obok vaginanya dengan kasar sambil mengancamnya..

“Ayo!! Teriak lebih keras lagi!! Dengan begitu aku bisa lebih kasar lagi menghadapimu! Tugasmu masih banyak tahu!!”

Dia dengan sangat ketakutan mengangguk sambil mengucurkan air mata banyak sekali, lalu dia menangis tersedusedu mungkin karena vaginanya terasa sangat kesakitan ketika kuperlakukan dengan kasar tadi. 

Aku pun melanjutkan dengan menjilati vaginanya yang telah aku obok-obok dengan tangan tadi sambil menghisap-hisap dengan ganasnya serta kucolok-colokkan lidahku di liang senggamanya. Rasanya benar-benar nikmat sekali, belum pernah aku merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. 

Damara hanya bisa menangis dan mengucurkan air mata. Aku jadi semakin terangsang untuk berbuat lebih ganas lagi. Tapi lama-kelamaan aku jadi ingin tahu apa yang akan diucapkannya sedari tadi dan aku membisikinya..

“Aku mau membuka lakban yang menutupi mulutmu asal kamu janji tidak akan berteriak, kalo coba-coba teriak aku janji akan membuatmu lebih menderita lagi!! Tahu!!” Nampaknya Damara merasa tidak bisa berbuat banyak lagi hingga dia hanya bisa mengangguk saja.

Breet.., setelah aku membukanya, dia segera memaki-makiku..
“Om bener-bener bajingan!! Anjing kamu!! Kenapa Om perlakukan aku seperti ini!! Bajingaann!! Anjiing!!” Aku yang tidak terima mendapat makian yang seperti itu hingga langsung menamparnya!! Plaak!! Kemudian Damara membalasku dengan teriakan minta tolong.

“Toloong!! Toloong!! Toolong!!” Aku membiarkannya untuk membuktikan bahwa di sana memang tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya.

“Nah, teriak lebih keras lagi!! Ayo!! Kita lihat siapa yang dapat mendengarmu!!”

Setelah lama sekali minta tolong sampai suaranya parau (mungkin karena kelelahan) dan tidak menghasilkan apa pun, akhirnya Damara hanya bisa menangis tersedu-sedu dengan suara yang serak kemudian dia berkata..

“Oomm.. Tolong lepaskan aku.. Pleeassse.. Apa salahku?? Kenapa aku diperlakukan seperti ini??”

“Kesalahanmu adalah karena berani-beraninya kamu tampil merangsang di depanku selama ini ha.. ha.. ha.. Kamu
tadi ngatain aku anjing kan!? Kita lihat sekarang siapa anjing yang sebenarnya!! Lihat dan rasakan saja!!”

Kemudian aku lepas semua pakaianku, lalu dengan kedua tanganku aku membuka kaki Damara lebar-lebar ke kanan dan ke kiri sampai benar-benar mengangkang dan terlihat benar vagina itu menjadi semakin siap saji. 

Kemudian aku menancapkan batangku yang sedari tadi sudah tidak bisa lagi diajak kompromi sedikit pun itu ke vaginanya. Mungkin karena kesakitan saking sempitnya, dia berteriak memelas..

“Ammpuun Oom.. Aku jangan diperkosa!! Nanti kalo aku hamil gimanaa!! Pleeassee!!” “Itu urusanmu!! Yang aku tahu, sekarang kita akan bersenang-senang sepuasnya OK!!”

Sepertinya gerakan kakinya mencoba menutupi vaginanya yang sudah tertancap sepertiga batangku dan tampaknya vaginanya juga tidak mau diajak kompromi malah juga mencoba menutupinya sehingga batangku jadi terjepit. 

Aku yang menjadi agak jengkel lalu membuat kakinya lebih mengangkang lagi lalu dengan ganas kucoba menembus keperawanan Damara hingga dia pun berteriak keras sekali..

“Ooaahh!! Aahh!! Ampuunn Oom!! Sakiit.. Sakiit.. Aakkhh.. Mmaahh.. Iikkhh.. Ampuun oomm!! Aku bisa matii oomm!! Sakiitt!! Uoohh!! Toloong!! Mamaa!! Maamaa!!”

Nampaknya jika Damara merasa kesakitan dia selalu berteriak memanggil ibunya. Aku yang sudah telanjur basah begini terus melanjutkannya saja dengan mencoba menerobos keperawanannya. Dan akhirnya, crrtt.., aku merasa baru saja seperti ada yang sesuatu yang sobek hingga Damara berteriak dan meronta sekuat tenaga.

Kulihat vaginanya dan ternyata benar, darah segar mengalir dengan derasnya. Aku cepat-cepat mengambil CD-nya untuk melap darah vaginanya agar tidak mengotori spreiku. 

Kulihat juga mulut Damara yang terbuka sangat lebar meronta-ronta dan tampak sangat menderita dengan kedua tangan yang masih terikat erat di belakang dan pakaiannya yang mulai acak-acakan, apalagi ditambah dengan sepatu sport dan kaus kaki putihnya hingga semakin merangsangku untuk berbuat lebih ganas.

Kemudian aku menggenjotnya lagi dan kali ini dengan tanpa ampun lagi karena aku sudah benar-benar kesetanan. Kugenjot vagina Damara yang mulai licin itu dengan semakin ganas. 

Tetapi kupikir ini masih terlalu sulit dilakukan, tetapi peduli setan, aku terus menggenjotnya semakin ganas dengan genjotan liarku, sampai-sampai suaranya terdengar, clep, clepp, clepp.., sementara Damara hanya bisa mengerang kesakitan.

Begitu seterusnya sampai suara teriakannya lebih serak dari yang sebelumnya, dan ternyata air mata Damara yang menangis tersedu-sedu semenjak tadi belum habis juga malah semakin deras sehingga membasahi payudaranya. 

Sambil menggenjotnya, aku menjilati air mata Damara itu, lalu aku mengulum mulutnya yang semenjak tadi menganga itu sampai dia sulit untuk bernapas sampai akhirnya, crott.. Spermaku kukeluarkan di rahim gadis SMA kelas 1 yang malang itu. Aku pun lalu berkelojotan kenikmatan.

Entah mengapa, mungkin karena Damara kelelahan lari sewaktu berolah raga tadi, ditambah dengan rontaanrontaannya yang hebat dan payudara dan vaginanya yang kuhisap habis-habisan hingga membuatnya pingsan seperti orang mati saja. 

Mungkin karena tubuh Damara menindih kedua tangannya sendiri yang terikat ketat di belakang hingga membuat buah dadanya jadi membubung ke atas. 

Aku jadi bernafsu lagi melihatnya hingga aku mengerjainya kembali selagi dia pingsan. Kuhisap-hisap sambil sedikit kugigit dan menariknya ke atas saking gemasnya hingga akibatnya kedua payudaranya kini jadi memerah, tetapi aku tidak mempedulikannya sama sekali.

Kulihat jam tanganku, waktu telah menunjukkan pukul 12:05 WIB, berarti aku tadi telah mengerjainya selama 4 jam, wajar jika dia sekarang pingsan, mungkin juga pada jam ini Damara sudah seharusnya pulang sekolah karena ini adalah hari Jumat, tapi peduli apa aku.

Aku memutuskan untuk beristirahat dulu sambil minum minuman berenergi yang sudah aku persiapkan dari rumah untuk memulihkan energiku yang sudah lumayan habis dan untuk mempersiapkan diri pada action berikutnya. 

Karena tali pramuka yang kubawa tidak cuma satu, aku pun mempersiapkan tali pramuka baru yang masih berbentuk gulungan rapi, putih mengkilat, sangat ketat, lumayan besar dan panjang karena yang aku beli adalah tali pramuka berkualitas istimewa, tapi bukannya aku akan menggunakan tali pramuka yang baru itu untuk mengikatnya lebih jauh lagi.

melainkan aku menggunakannya sebagai tanda jika dia sudah tersadar nantinya, pasti dia akan meronta. Caranya adalah kumasukkan tali pramuka yang masih berbentuk gulungan itu ke dalam vaginanya dalamdalam. Memang ini agak sulit kulakukan, mungkin karena ukuran vaginanya yang terlalu kecil itu, jadi terpaksa aku memuntir-muntirnya dulu sampai akhirnya masuk walaupun ujungnya masih terlihat sedikit, mungkin ini memang sudah mentok, pikirku.

Untuk sementara aku beristirahat dan mencoba untuk tidur di samping Damara. Aku tidak perlu khawatir dengan halhal yang tidak diinginkan, karena tempat itu benar-benar sepi dan berada di bawah pohon besar yang rindang, lagipula tangan Damara sudah terikat tidak berdaya, dan apabila Damara terbangun atau tersadar nanti dia pasti akan meronta kesakitan karena vaginanya yang telah aku jejali dengan tali pramuka yang masih tergulung itu.

Lalu aku tertidur pulas di samping Damara. Aku tertidur sampai seperti orang mati saja sehingga sewaktu Damara tersadar duluan, aku hanya mendengar erangannya sambil memanggil-manggil mamanya. 

Aku pikir aku masih dalam keadaan bermimpi saat mendengar suara siapa itu. Dan setelah aku terbangun, aku baru sadar bahwa itu adalah suara Damara yang meronta kesakitan karena tali pramuka yang menyumpal vaginanya. 

Aku cepat-cepat melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan telah pukul 15:10 WIB, berarti aku dan Damara tadi telah tertidur sekitar 3 jam.

“Aakkhh!! Eengghh!! Mmamaa!! Ahaakkhh!! Mamaa!!”
“Tenang aja Wid, di sini nggak ada yang bakalan denger apalagi Mama kamu, jadi simpan saja tenagamu karena tugasmu belum selesai”.

Karena tenagaku sudah pulih, aku segera saja menuju target yang belum pernah kujamah dari tadi yaitu anusnya. Sebelumnya aku harus membuat tubuh Damara tertelungkup di kursi paling belakang, tapi kakinya tetap berada di bawah yaitu di spons bersprei itu. 

Tapi sayangnya sudut atau siku kursi mobilku yang paling belakang kurang pas seperti yang kuharapkan untuk posisi doggy style, yaitu kepala Damara yang tertelungkup sudah mentok ke kursi padahal vaginanya belum menyentuh ujung atau siku kursi sehingga kupikir ini pasti tidak akan seperti yang kuharapkan.

Maka kuangkat kepala Damara tengadah, sehingga muka Damara sekarang menghimpit rapat pada sandaran kursi, sampai-sampai erangannya terbungkam oleh sandaran kursi di mobilku, untungnya semua jok kursi di mobilku telah kubelikan yang berkualitas bagus sehingga benar-benar empuk. 

Dan akhirnya posisinya telah kurasa pas untuk melakukan posisi doggy style. Setelah mendapatkan posisi yang tepat, pertama aku menjilati dan menusuk-nusuk anus Damara dengan lidahku dengan ganasnya dan rasanya benar-benar nikmat sekali. “Aduuhh!! Aahh!! Nghaa!! Aduduuhh!! Aakkhh!!”

Aku sama sekali tidak tahu mengapa Damara tampak menderita sekali, padahal aku belum melakukan apa-apa, hanya sebatas menjilati sambil menusuk-nusuk anus Damara dengan lidahku. 

Dan aku baru teringat bahwa ternyata penyebabnya adalah gulungan tali pramuka yang masih bersarang di vagina Damara. Ah peduli apa aku.

justru dengan dia meronta-ronta seperti itu akan membuat nafsuku semakin meledak, jadi aku biarkan saja tali pramuka yang masih tergulung rapi dan ketat itu bersarang di vaginanya.

Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil posisi untuk mengerjainya lagi. Pertama-tama aku menancapkan sepertiga batangku dulu di anusnya. Karena anus Damara benar-benar kecil maka ini akan cukup sulit, pikirku. Tibatiba terdengar rontaan Damara meskipun kurang jelas karena terbekap jok mobil.

“Ampuun oomm!! Mau diapakan aku!! Jangan di situ Oom!! Aku bisa mati!! Ampuun!! Ampuun!! Jangan Omm!!”

Tanpa peduli sedikit pun dengan apa yang diucapkan Damara, aku mulai kembali mencoba menerobos anus Damara. 

Kumasukkan (meskipun hanya bisa sepertiga yang masuk), kemudian aku keluarkan lagi, dan terus kulakukan itu sampai anus Damara menjadi sedikit licin dan longgar. Karena akhirnya aku agak jengkel dan bosan untuk menunggu lebih lama lagi, maka kuterobos saja liang anus Damara dengan sekuat tenaga. Slackk!! Scrrct!!
“Uuookkhh!! Khaakkhh!! Ahhgghh!!”, jerit Damara.

Damara tampak benar-benar menderita, dan aku juga sudah merasakan ada sesuatu yang sobek, maka aku teliti anusnya untuk memastikannya dan ternyata benar, darah segar sudah mengucur deras dari liang anusnya. 

Aku kembali mengambil CD-nya untuk membersihkan darah dari anusnya. Darahnya benar-benar banyak, mungkin karena liang anusnya terlalu kecil. 

Dan setelah aku memastikan liang anus Damara telah terasa licin dan mulai nikmat untuk digarap, langsung saja kugenjot dia dengan sodokan-sodokanku yang ganas. 

Damara hanya bisa menangis tersedu-sedu dan memohon untuk segera dipulangkan ke rumahnya karena mungkin orang tuanya sekarang sudah mulai mencemaskan anak gadisnya yang belum pulang dari sekolah.

“Enngghh.. Enngghh.. Mngghh.. Enhgh.. Oom.. Sudah oomm.. Aku mohoon.. Aku pengen pulaang.. Aku pengen pulang Oom.. Heenngghh.. Engghh..”

Mendengar rintihannya yang terdengar serak dan sangat menderita itu menyebabkan birahiku justru semakin meledak, dan aku menggenjot anusnya dengan lebih ganas lagi hingga akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam anus Damara. 

Aku tahu Damara pasti sangat menderita sekali karena selain dia baru saja kusodomi habishabisan, juga tali pramuka yang masih bersarang di vaginanya, dan juga tali pramuka yang mengikat kedua

tangannya di belakang (sampai kedua tangannya berbentuk siku) akan menambah siksaan yang harus dijalaninya demi memuaskan nafsu bejatku.

Sambil beristirahat sebentar aku kembali membaringkan tubuh Damara yang sudah bermandi peluh itu hingga tampak mengkilap ke spons bersprei itu. Damara tidak henti-hentinya menangis, air matanya juga tidak henti-hentinya keluar. Tiba-tiba terdengar HP Damara berbunyi. 

Setelah aku lihat identitas pemanggilnya ternyata bertuliskan “Mama”. Wah, aku pikir Mama-nya Damara sudah mecemaskan anaknya yang belum pulang juga dari sekolahnya. 

Aku kemudian memperlihatkan kepada Damara siapa orang yang mencoba menghubunginya. Segera saja mata Damara terbelalak saat mengetahui bahwa itu adalah Mama-nya hingga Damara berteriak sekuat tenaga.

“Maamaa!! Maammaa!! Tooloong aku Maa!! Maamaa!!”
Damara berteriak keras sekali berharap aku mau menyambungkan telepon untuknya, tetapi yang aku lakukan adalah justru memutuskan sambungan telepon itu di hadapannya.

“Bangsaatt!! Anjiing!! Bajingaann kamuu!! Bangsaat kamu!! Anjiing!!”, maki Damara, lalu Damara kembali menangis. “Ennghh.. Heennggh.. Kenapa kamu tega melakukan ini? Itu Mamakuu.. Heenggh.. Aku pengen pulaanng!! Mamaa!!”

Bukannya aku kasihan terhadap Damara, aku malah mereply SMS ke Mama-nya yang berisikan, “Ma aku lagi bersenang-senang jadi jangan ganggu aku ya!!” Sebelum aku mengirimkan SMS itu ka Mama-nya aku perlihatkan dulu isi SMS itu kepada Damara hingga kembali ia memakiku.

“Kamu bener-bener menjijikkan!! Terkutuk kamu!! Bangsaat!!”
Aku kemudian menjilati air matanya yang terus bercucuran sampai bersih. Aku juga membenahi kedua kaus kakinya yang mulai merosot, juga tali sepatu sport-nya yang mulai acak-acakan hingga akhirnya Damara kembali rapi dan merangsang untuk dinikmati.

Karena aku tidak mau dia keburu pingsan lagi padahal tugasnya memuaskanku belum selesai, aku memutuskan untuk mengocok batangku di dalam mulut Damara agar sperma yang nanti ditelannya bisa sedikit memberinya energi, lalu aku mengangkat kepalanya, memasukkan batangku ke mulutnya, dan membuat gerakan maju mundur berirama.

“Nymlhh!! Nymngmh!! Ghhkkh!! Nnymhkh!! Ghkmnh!!”, gumam Damara saat mulutnya kupaksa dimasuki batangku.
Melihat Damara yang menangis tersedu-sedu dan tampak sangat menderita, nafsu birahiku semakin memuncak, lalu kupercepat saja tempo genjotanku sampai akhirnya.., crott.. croott.. croot.. Akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam mulut Damara. Lalu aku cepat-cepat menutup mulut Damara dengan hati-hati agar jangan sampai ada sperma yang dimuntahkannya lagi.

Damara malah mencoba memaksa memuntahkannya, hingga akhirnya sebagian kecil spermaku berhasil dimuntahkannya lewat sela-sela tanganku. Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi hingga tangan kiriku berusaha menutupi mulutnya dan tangan kananku menjepit hidungnya sekuat tenaga agar tidak ada jalan baginya lagi untuk bernapas selain menelan spermaku. Dan kulihat tenggorokannya seperti menelan sesuatu.

Aku pikir dia akhirnyua sudah menelan spermaku semuanya. Kali ini Damara benar-benar seperti mabuk. Spermaku yang sedikit berceceran di mulutnya aku sapukan merata ke mukanya dengan harapan agar dia merasa lebih fresh. Aku merasa kehausan juga, mungkin karena sudah dari tadi berulang-ulang mengeluarkan sperma untuk pelacur kecilku ini. Aku jadi punya ide konyol. Sebelumnya aku keluarkan dulu gulungan tali pramuka yang menyiksanya.

Damara kemudian malah meronta dan badannya juga bergetar, mungkin karena menahan pedih. Tali pramuka yang tadinya putih bersih itu sekarang sudah jadi berwarna agak gelap dan dipenuhi banyak darah dan cairan vagina. Aku menjilatinya sebentar dan, hmm.. rasanya benar benar lezat.

“Wid, aku sekarang pengen kamu kencing!! Cepet!! Aku udah haus banget dari tadi ngerjain kamu!!”, perintahku. “Aa.. Aapa maksudmu!? Aku nggak bisa pipis sekaraang.. Aa.. Aaku.. Lagi nggak kebelet..”

“Ya udah kalo gitu aku bantu sini!!”
“Aa.. Apaa..!?” Aku kemudian mengulum vaginanya dan menghisap-hisapnya serta tanganku menggelitikinya dengan harapan dia akan mengompol.
“Ahahaakhh!! Ahaahaahh!! Khaahaa!! Gelii!! Apa-apaan kamu!?”

Pemandangan yang tampak aneh karena dia bisa setengah tertawa geli setengah menangis tersedu-sedu, sambil badannya bergetar hebat. Damara aku perlakukan seperti itu lama sekali sampai akhirnya dia mengompol juga meskipun hanya keluar sedikit-sedikit.

“Aakkhhaakhh!! Aakkhh!! Sakiit!!”
Aku tidak tahu pasti mengapa dia kesakitan padahal dia hanya mengompol saja. Aku baru ingat jika aku tadi sudah mengobok-obok dan memerawani vagina Damara dengan cara yang kasar hingga jika dia sekarang merintih kesakitan tentunya wajar. 

Tapi peduli apa aku. Kulanjutkan saja dengan menghisap dan menelan air seni gadis SMA kelas 1 itu. Mungkin karena Damara merasakan perih yang teramat sangat, maka dia hanya mengeluarkan air kencing itu sedikitsedikit sambil mengerang kesakitan.

Suara rintihannya jadi semakin lemah mungkin karena dia kelelahan. Air seninya hanya keluar sedikit sehingga lamakelamaan aku agak jengkel juga, lalu aku menghisapnya saja dengan paksa. Hmm.. Ini benar-benar lezat sekali, lebih lezat daripada teh celup manapun, pikirku, hahaha..

Rontaan Damara menjadi lebih panjang dan dia tampak lebih menderita daripada sebelumnya. Setelah aku pikir air seni Damara benar-benar sudah habis, 

aku sudahi saja permainan itu. Tiba-tiba HP Damara berbunyi lagi, dan setelah kulihat ternyata Mama-nya Damara yang mereply SMS-ku, “Bersenang-senang!? Apa maksudmu sayang!? Kenapa kamu bicara kasar gitu sama Mama!? Kamu sekarang ada dimana sayang!?”

Aku memperlihatkan SMS yang dikirimkan Mamanya kepada Damara. Mungkin karena dipikir dirinya sudah tidak bisa berbuat banyak, Damara menanggapinya hanya dengan menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil Mamanya. Kemudian aku kembali mereply SMS tersebut, “Apa urusan Mama dg perkataanku yg ksr!! Makanya jgn ganggu aku lg!! Aku ada les privat dadakan, dan lokasinya ada di sorga dunia, mata pelajarannya adl ttg Kenikmatan Duniawi!! Jd Mama gak usah khawatir dan skrg mending Mama tidur aja!! Aku msh hrs bljr lbh byk lg ttg mata pljrn ini!!”

Seperti tadi, sebelum aku mengirimkan SMS itu ke Mama-nya Damara, aku perlihatkan dulu SMS itu kepada Damara. Mata Damara kembali terbelalak, kemudian memakiku habis-habisan.
“Bangsaat kamu Fidel!! Kamu bener-bener terkutuk!! Kamu bukan manusiaa!! Anjing kamuu!!”

Mungkin karena saking marahnya, Damara langsung memanggil namaku “Fidel” dan bukan “Om” lagi. Tetapi aku sama sekali tidak menghiraukan ucapannya, dan dia kemudian menangis lagi.

Singkat cerita, setelah itu aku kembali terus mengerjai Damara yang sudah tampak seperti orang mabuk itu sampai suara rintihannya menjadi serak sekali. 

Ketika sedang asyik-asyiknya mengerjai siswi SMA yang lugu dan malang itu, ternyata HP-nya berbunyi lagi, kulihat ternyata Mama-nya yang mencoba menghubungi Damara lagi yang kali ini kuabaikan. Ternyata Mama-nya Damara tidak mudah menyerah, dia malah mengirim SMS lagi, “Sayang, pulang donk, ini kan sudah jam 5 sore & sudah mo maghrib sayang. Pulang ya sayang ya!? Mama kuatir banget sama kamu sayang! Pulang ya sayang ya!?”

Aku terkejut juga, lalu aku melihat jam tanganku dan ternyata benar yang dikatakan Mama-nya Damara, sekarang sudah pukul 17:15 WIB. Mungkin karena keasyikan sekali sewaktu mengerjai tubuh Damara yang indah itu, aku sampai lupa waktu. Aku kembali membalas SMS Mama-nya Damara, “Iya Ma! Aku sgr plg! Cuma tinggal satu permainan, tunggu sebentar ya Ma!!”

Seperti sebelumnya, sebelum aku mengirimkan SMS ke Mama-nya, SMS itu kutunjukkan dulu kepada Damara, dan seperti sebelumnya juga, Damara hanya bisa meresponsnya dengan meronta dan menangis. Kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri permainan sampai di sini. Sebagai permainan terakhir, aku mengencingi Damara merata sampai hampir ke seluruh tubuhnya, tapi sebagian besar air seniku kutembakkan ke mukanya.
“Bangsatt!! Apa-apaan ini!! Anjing kamu Fidel!! Akh! Udah Fidel!! Ampuun!!”

Damara hanya bisa merespons permainan terakhirku dengan memaki-makiku. Aku tidak menanggapi makiannya, karena justru Damaralah yang sekarang tampak seperti seonggok daging hidup yang hina, pikirku. Mobilku jadi bau pesing juga jika begini caranya, pikirku, tapi sudahlah, toh ini juga air seniku sendiri. Kemudian tali yang mengikat ketat tangan Damara sejak dari pagi tadi kulepas, lalu Damara membuka kedua tangannya secara berlahan-lahan dan dengan sedikit gemetaran, mungkin karena terlalu lama dalam keadaan terikat dan ikatannya sangat kencang.

Kemudian setelah itu langsung saja Damara kutarik keluar dari mobil dalam keadaan telanjang bulat, yang menutupi tubuhnya tinggal kaus kaki beserta sepatu sportnya, karena rencanaku semua pakaian Damara termasuk BH dan CDnya yang telah berlumuran darah keperawanan Damara itu akan aku gunakan untuk masturbasi nantinya termasuk juga foto-foto bugil Damara yang telah kuambil sebelum ia kuperkosa tadi.

Damara benar-benar nampak panik. Aku memberikan HP-nya kembali, karena memang hanya HP yang ada di sakunya dan dia tidak membawa benda lain lagi seperti dompet atau yang lain-lain, dengan harapan dia dapat segera menghubungi Mama-nya untuk meminta bantuan. Kemudian aku bergegas menutup pintu mobilku dan segera tancap gas tanpa menghiraukan Damara lagi. Daerah itu memang sangat sepi apalagi jika menjelang larut.

Sempat kulihat dari kaca spion, Damara langsung berlindung di bawah pohon yang rindang dan langsung menggunakan HP-nya untuk mencari bantuan. 

Tentunya untuk saat ini hanya HP-nyalah satu-satunya alat penentu keselamatan Damara, karena dengan keadaan Damara yang bertelanjang bulat seperti sekarang ini dia menjadi serba salah, jika dia mencari bantuan di tempat yang sepi seperti kepada orang lain yang belum dikenalnya, bisa-bisa malah dia akan dimangsa lelaki hidung belang selain aku. 

Aku bergegas meninggalkan tempat itu dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk segera pulang ke rumah.

Pada keesokan harinya, aku tidak pernah lagi melintasi jalan di sekitar sekolah Damara dan juga segera mengganti nomor dan penampilan mobilku untuk menghindari pelacakan dari pihak berwajib.
Share:

Promo Bonus Kejutan !!

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Cerita Sex - Perkosa Baby Sister Yang Seksi Dan Cantik

Perkosa Baby Sister Yang Seksi Dan Cantik Agen Poker Terpercaya - Perkenalkan saya Ranis Widyaningrum, usia saya 18 th. serta tingga...

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.